Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 23 Mar 2025, 16:30 WIB

Bappenas: Peran Perempuan Sangat Penting Dalam Penanggulangan Bencana

Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Maliki dalam lokakarya nasional yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Foto: ANTARA/HO-BNBP

Jakarta, 23/3  - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan bahwa peran perempuan sangat penting dalam penanggulangan bencana.

“Perempuan berperan penting dalam penanggulangan bencana, baik sebagai korban, pelaku, maupun pemimpin.” ujar Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Maliki dalam lokakarya nasional yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dikutip di Jakarta, Minggu.

Selama ini, pemahaman tentang kebencanaan disebut belum menyentuh perempuan dan penyandang disabilitas, sehingga perlu pendekatan gender untuk menguatkan peran kedua kategori tersebut dalam melakukan pengurangan risiko bencana.

Perempuan, kata dia  dapat berperan dalam berbagai fase bencana, mulai dari pra-bencana, saat bencana, hingga pasca-bencana.

Begitu juga dengan kelompok penyandang disabilitas, mereka perlu mendapatkan hal yang sama dalam advokasi tentang kebencanaan.

Penanganan bencana sendiri tidak bisa diselesaikan dengan cara yang sama antara korban laki-laki, perempuan, orang tua, orang sakit, serta disabilitas.

Penanganan harus responsif gender karena data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat perempuan memiliki risiko 14 kali lebih tinggi menjadi korban bencana dibanding laki-laki.

“Perempuan dan penyandang disabilitas adalah kelompok rentan dan marjinal yang akan lebih terdampak perubahan iklim dan risiko bencana, sebab mereka memiliki akses yang terbatas dan social exclusion yang mengurangi jaring pengaman,” kata Maliki.

Dia menyampaikan bahwa akses layanan kesiapsiagaan yang inklusif memastikan pelatihan prabencana, infrastruktur siaga bencana, serta informasi kebencanaan dapat diakses dan diterima oleh kelompok rentan, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas. 

Penguatan jaring pengaman dan rehabilitasi inklusif perempuan dan penyandang disabilitas dinilai membutuhkan jaring pengaman dan skema rehabilitasi pascabencana yang inklusif dan berbasis gender. 

Senada hal itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNBP Raditya Jati menerangkan bahwa perempuan memainkan peran penting di saat bencana karena mereka sering terlibat kegiatan sosial seperti membantu di dapur umum dan pos kesehatan, selain tetap menjalankan tanggung jawab sebagai caregiver dalam keluarga.

Saat terjadi bencana, peran dan beban perempuan justru bertambah. Perempuan bukan saja sebagai menjadi objek yang harus dilindungi tetapi juga menjadi subjek yang berperan aktif sebagai agent of change. 

"Oleh karena itu, perspektif gender harus diintegrasikan ke dalam semua kebijakan dan tindakan pengurangan bencana untuk mengurangi kerentanan perempuan dalam bencana, sehingga laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam hal peningkatan kapasitas,” ungkap Raditya.

Lokakarya ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Australia melalui program bilateral, SIAP SIAGA.

Salah satu fokus utama dari Program SIAP SIAGA adalah meningkatkan integrasi kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial dalam kerangka penanggulangan bencana di Indonesia.

Hal ini ditujukan untuk menciptakan ketangguhan yang berkelanjutan, sehingga nyawa rakyat Indonesia dapat diselamatkan saat bencana, dan memastikan tidak ada yang tertinggal.

Redaktur: -

Penulis: Antara, Arif

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.