Mendadak, LPS Dapat Serangan Siber Masif Hingga 2,2 Miliar Kali Dalam Dua Pekan
KORAN-JAKARTA.COM | Sabtu, 05 Jul 2025, 05:50 WIBJAKARTA- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) secara mendadak mendapat serangan siber yang sangat masif akhir-akhir ini. Beruntung, sistem pertahanan Informasi Teknologi (IT) yang dibangun institusi tersebut sangat kuat, sehingga mampu menangkal dan mementalkan semua serangan hacker dari berbagai penjuru dunia.
Sistem IT LPS mencatat serangan siber hingga 2,2 miliar kali terjadi dalam bentuk Denial of Service (DoS) pada periode 17 Juni 2025 hingga 3 Juli 2025. Serangan tersebut berasal dari 40 negara, dengan serangan terbanyak berasal dari Indonesia, Amerika Serikat (AS), Vietnam, Jerman, dan Belanda.

Ket. Direktur Grup Informasi LPS, Monang Siringoringo (kiri) menunjukkan serangan siber masif ke Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Jumat (4/7). Serangan siber ke LPS adalah terbesar keempat di dunia pada pekan lalu.
Sebagai informasi, DoS merupakan jenis serangan siber yang bertujuan mengganggu atau menghentikan layanan, sistem, atau jaringan komputer sehingga tidak dapat diakses oleh pengguna.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bahwa keamanan siber saat ini bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan telah menjadi bagian dari manajemen risiko strategis. Menurutnya, LPS terus memperkuat sistem keamanan melalui peningkatan kapasitas internal dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Melalui peningkatan kapasitas dan kerja sama, LPS memastikan seluruh sistem dan informasi yang dimiliki terlindungi dari berbagai potensi serangan yang dapat mengganggu kepercayaan publik terhadap sistem keuangan nasional,” kata Purbaya di Jakarta, Jumat (7/4).
Dalam beberapa tahun terakhir, risiko siber jelas Purbaya telah menjadi ancaman nyata dan semakin kompleks bagi organisasi di seluruh dunia. Isu keamanan siber kini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menjadi elemen penting dalam menjaga keberlangsungan operasional, reputasi, hingga stabilitas ekonomi secara nasional maupun global.
Anda mungkin tertarik:
“Hal yang tidak kalah penting, juga demi menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, dan meyakinkan masyarakat bahwa tabungan mereka aman disimpan di bank,” katanya.
Purbaya mengungkapkan bahwa LPS sempat menerima hingga 100 juta serangan DoS hanya dalam kurun waktu lima menit. Puncak serangan terjadi pada 25 Juni 2025, dengan intensitas mencapai 34 juta serangan per detik.
Purbaya mengatakan serangan siber yang dihadapi LPS dalam dua pekan terakhir itu merupakan yang terbesar keempat di dunia. Kendati demikian, dia optimistis sistem pertahanan yang dibangun lembaga tersebut mampu menangkal setiap serangan karena sistem yang mereka gunakan 95 persen produk anak bangsa.
“Kalau pun ada sistem yang kami beli keluar negeri, tidak langsung kami pakai, tetapi direkayasa sedemikian rupa untuk meminimalkan celah yang bisa digunakan para hacker menyerang sistem kami,” katanya.
Serang Balik Peretas
Pada kesempatan yang sama, Direktur Grup Informasi LPS, Monang Siringoringo mengatakan pihaknya tidak hanya memperkuat pertahanan siber, tapi juga mengembangkan kemampuan menyerang balik para peretas.
Monang mengaku telah membangun perangkat dan strategi khusus yang memungkinkan mereka untuk membalas serangan siber, mirip dengan perang siber yang terjadi di dunia nyata.
“Jadi sebetulnya ada tools-tools yang kita bangun sendiri, yang mirip-mirip kalau dijalankan waktu perang dengan hacker itu saat perang Israel-Iran, mirip-mirip kayak gitu lah,” kata Monang.
Tim LPS katanya bahkan berhasil membobol cloud ransomware milik peretas yang mencoba menyerang mereka. “Tadinya berusaha membobol kita, kita balik, kita malah membobol dia,” kata Monang.
Untuk menghadapi peretas yang seringkali memiliki cara berpikir tidak normal, timnya pun harus mengembangkan strategi yang tidak konvensional. “Ketika serangan terjadi, kita nggak akan agresif nyerang duluan. Kalau kita diserang, dan kita anggap ini berbahaya, kita akan serang balik,” katanya.
Terus Berevolusi
Pengembangan kemampuan siber LPS tersebut terang Monang merupakan hasil dari upaya kerja keras selama sekitar 2,5 tahun terakhir.
“Di awal kepemimpinan Ketua Dewan Komisioner LPS, Bapak Purbaya Yudhi Sadewa, keamanan siber LPS masih kurang memadai. Pak Purbaya lah yang memotivasi kami waktu itu untuk meng-improve, menginovasi teknologi kita termasuk keamanan sibernya,” kata Monang.
Proses itu melibatkan perekrutan hacker profesional untuk membantu, serta mendidik tim internal LPS sendiri. Inovasi itu terus berlanjut karena ancaman siber yang juga terus berevolusi.
“Namanya hacker itu kan berinovasi terus. Maka kami pun berinovasi terus, jadi sampai detik ini pun kami terus akan berinovasi,” kata Monang.
Dengan kemampuan siber yang sudah mampu menangkal berbagai serangan, LPS saat ini fokus berkolaborasi dengan sektor dan regulator keuangan.
“Mungkin fokus kita sekarang ini bagaimana bisa membantu di sektor keuangan, industri keuangan. Itu mungkin yang menjadi fokus kita,” katanya.
LPS pun terbuka untuk bertukar pengetahuan dengan lembaga keuangan lain. "Makanya tadi Pak Purbaya mengatakan kita membuka pintu kan untuk bisa berkolaborasi, bertukar knowledge lah dengan sektor keuangan, termasuk juga dengan regulator-regulator keuangan,” pungkas Monang.
Tren Saat Ini
Realtime






