Iklan — Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Atraksi Pacu Jalur di Riau Bikin Takjub! Ada Makna dan Filosofi di Balik Gerakannya

KORAN-JAKARTA.COM | Jumat, 04 Jul 2025, 13:18 WIB
iklan kopi jjroyal sidebar

JAKARTA – Lomba perahu tradisional Pacu Jalur kembali jadi sorotan publik. Di media sosial, beredar rekaman para pendayung cilik yang kompak memutar tangan dan mengayunkan tubuh demi menjaga keseimbangan jalur saat melaju kencang di aliran Sungai Kuantan, Riau.

Aksi mereka tak hanya memikat perhatian masyarakat Indonesia, tetapi juga menarik minat kreator konten mancanegara yang ikut menirukan gerakan khas tersebut. Tak heran jika tradisi lokal ini kini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform digital.

Atraksi Pacu Jalur di Riau Bikin Takjub! Ada Makna dan Filosofi di Balik Gerakannya Doc: Diskominfotik Riau

Ket. Atraksi pacu jalur Riau.

Tradisi Pacu Jalur menyimpan makna filosofis yang dalam bagi masyarakat Kuantan Singingi, Riau. Lebih dari sekadar perlombaan perahu panjang.

Pacu Jalur adalah cerminan nilai-nilai kebersamaan, semangat juang, dan penghormatan terhadap alam yang telah menghidupi mereka sejak ratusan tahun silam.

Namun, apa sebenarnya makna yang tersirat dari setiap gerakan dan tradisi Pacu Jalur ini? Simak penjelasannya yang telah dihimpun dari situs resmi kemenpar.go.id.

Makna dan Filosofi Gerakan Pacu Jalur

Sesungguhnya, tradisi Pacu Jalur bukan sekadar ajang perlombaan perahu panjang yang penuh semangat. Di baliknya, tersimpan nilai-nilai luhur dan filosofi mendalam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Bahkan dalam proses pembuatan jalur sebutan untuk perahu panjang khas Kuantan terdapat ritual khusus yang harus dijalani. Sebelum menebang pohon besar sebagai bahan baku jalur, warga terlebih dahulu melakukan upacara adat untuk memohon izin serta menghormati alam, khususnya hutan tempat kayu diambil.

Sebuah jalur biasanya diawaki oleh 50 hingga 60 orang yang masing-masing punya peran penting. Ada Tukang Concang yang bertindak sebagai pemimpin tim dan pengatur aba-aba, Tukang Pinggang sebagai juru mudi, Tukang Onjai yang menjaga ritme kayuhan dengan menggoyangkan badan, hingga Anak Coki atau Tukang Tari yang berada paling depan.

Yang menarik, posisi Anak Coki ini umumnya diisi oleh anak-anak. Alasannya cukup sederhana namun penting, yakni karena bobot tubuh mereka lebih ringan, perahu bisa melaju lebih cepat dan stabil. Gerakan tari yang mereka tampilkan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarat makna.

Ketika jalur mereka memimpin lomba, Anak Coki akan menari penuh semangat. Begitu menyentuh garis akhir, mereka langsung sujud syukur di ujung perahu sebagai wujud terima kasih kepada Sang Pencipta.

Setiap gerakan Anak Coki memiliki filosofi tersendiri. Misalnya, lambaian tangan ke arah sungai merupakan wujud penghormatan kepada Batang Kuantan, sungai yang menjadi sumber kehidupan.

Langkah kaki kecil yang lincah menggambarkan ketangkasan dan harmoni dalam kehidupan masyarakat pesisir. Sedangkan gerakan tangan terbuka ke atas melambangkan rasa syukur atas keselamatan dan berkah panen yang melimpah. Tari-tarian ini biasanya diiringi dengan musik tradisional seperti dentuman gendang, alunan gong, serta serunai yang menghidupkan suasana.

Irama-instrumen tersebut tidak sekadar mengiringi, tetapi juga menggambarkan semangat perjuangan dan kebersamaan yang menjadi napas utama Pacu Jalur.

Belakangan, aksi lincah para penari cilik di atas jalur kembali viral di media sosial. Salah satunya lewat tren “Aura Farming”, yang menampilkan semangat percaya diri sang penari dengan gerakan khasnya memikat jutaan penonton dari berbagai belahan dunia.

Dengan segala keunikan dan kekayaan maknanya, tak heran jika Festival Pacu Jalur selalu dinanti banyak orang, baik warga lokal maupun wisatawan.

Like, Comment, or Share:

Tren Saat Ini
Realtime
Ads
Berita Terkait

Persiapan Timnas U-23 Sambut Piala AFF

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Olahraga Persiapan Timnas U-23 Sambu...

Stok Beras RI Tembus 4,2 Juta Ton

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Ekonomi Stok Beras RI Tembus 4,2 Ju...

Festival Literasi 2025

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Daerah Festival Literasi 2025

Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Bencana

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Megapolitan Modifikasi Cuaca untuk Miti...

Petani Kini Bisa Akses Kredit Usaha Alsintan

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Ekonomi Petani Kini Bisa Akses Kred...

KKP Genjot Pelabuhan Jadi Motor Ekonomi Perikanan

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Ekonomi KKP Genjot Pelabuhan Jadi M...

Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki Level IV

Jumat, 11-Jul-2025 | Alfred

Daerah Aktivitas Gunung Lewotobi L...

Festival Urban Farming 2025

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Megapolitan Festival Urban Farming 2025

Pertemuan Menlu ASEAN dengan Rusia

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Luar Negeri Pertemuan Menlu ASEAN denga...

Edukasi Tanggap Bencana  

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Megapolitan Edukasi Tanggap Bencana   

Depok Bangun Rumah Batik untuk Melestarikan Budaya

Jumat, 11-Jul-2025 | Deri Henriawan

Megapolitan Depok Bangun Rumah Batik un...
Video Pilihan
Tanpa Pengenaan Tarif ke Barang Impor, Produk Lokal Bakal Semakin Terpuruk