Menjelang Tenggat, Indonesia Masih Tunggu Respons AS atas Penawaran Tarif Dagang
KORAN-JAKARTA.COM | Rabu, 02 Jul 2025, 15:55 WIBJAKARTA - Indonesia masih menantikan tanggapan resmi dari Amerika Serikat terhadap penawaran kedua dalam negosiasi tarif, di tengah tenggat waktu yang tinggal satu minggu lagi sebelum kebijakan tarif baru AS mulai berlaku. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Washington kemungkinan akan memberikan respons akhir pekan ini karena saat ini fokus utama mereka adalah menyelesaikan rancangan undang-undang anggaran besar-besaran.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan kebijakan tarif “reciprocal tariff rates” yang ditujukan kepada sejumlah mitra dagang AS, termasuk Indonesia. Dalam kebijakan tersebut, produk asal Indonesia terancam dikenai tarif sebesar 32 persen. Namun, implementasi tarif ini ditunda hingga 9 Juli 2025 untuk memberi waktu negosiasi. Pemerintah Indonesia telah beberapa kali mengajukan proposal timbal balik kepada pemerintah AS dalam beberapa bulan terakhir.

Ket.
Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengirimkan penawaran kedua kepada Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), dan kini hanya tinggal menunggu tanggapan.
“Mereka sedang meninjau penawaran kami. Tim Indonesia juga sudah bersiaga di Washington,” ujarnya dalam konferensi pers.
Ia menambahkan bahwa diskusi soal tarif kemungkinan bisa dilanjutkan setelah pembahasan RUU anggaran selesai pada 4 Juli.
“Saat ini mereka sedang fokus pada ‘One Big Beautiful Bill’ di Kongres. Kami berharap setelah itu negosiasi bisa berjalan kembali,” kata Airlangga.
Anda mungkin tertarik:
Meskipun kedua pihak belum mencapai kesepakatan soal besaran tarif akhir, Airlangga berharap agar AS tidak benar-benar menerapkan kenaikan tarif tersebut.
“Kami sudah mengajukan penawaran, mereka mengajukan balasan. Maka kami ajukan penawaran kedua. Harapan kami, tentu saja, agar tarif itu tidak dikenakan. Tapi setiap negara punya kebijakan sendiri,” tegasnya.
Pekan lalu, Airlangga mengumumkan melalui media sosial bahwa dirinya telah berbicara langsung dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent melalui telekonferensi. Ia mengklaim bahwa pihak AS menyambut baik semangat dagang yang “adil dan setara” dari Indonesia.
Sementara itu, Senat AS baru saja meloloskan RUU pajak besar-besaran yang mencakup pemotongan pajak dan peningkatan anggaran pertahanan. RUU tersebut kini menunggu pemungutan suara final di DPR AS sebelum dapat disahkan oleh Trump, yang menargetkan penandatanganan sebelum 4 Juli.
Rencana tarif ini menjadi bagian dari strategi Trump untuk menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral. Ia menuduh Indonesia membebankan tarif dan hambatan dagang hingga mencapai 64 persen terhadap produk AS. Walau ada jeda 90 hari atas kenaikan tarif, sejak 5 April lalu telah diberlakukan tarif universal sebesar 10 persen untuk seluruh negara.
Selama proses negosiasi yang berlangsung berbulan-bulan, neraca perdagangan antara kedua negara terus menunjukkan surplus di pihak Indonesia. Data resmi menunjukkan bahwa Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$7,08 miliar dengan AS dalam lima bulan pertama tahun 2025, meningkat dari US$5,37 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Tren Saat Ini
Realtime






