Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Tradisi Ramadhan di Tanah Papua, dari Ziarah Kubur hingga Bakar Batu

Foto : ANTARA/Ardiles Leloltery

Warga Kota Jayapura beragam Islam saat membeli takjil di ruas jalan Distrik Abepura.

A   A   A   Pengaturan Font

JAYAPURA - Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya muslim, memiliki berbagai tradisi menjelang hingga akhir bulan Ramadhan. Tradisi-tradisi ini bisa ditemui di hampir semua penjuru Tanah Air, termasuk di Tanah Papua.

Menjelang Ramadhan, ada tradisi umat Islam di Tanah Papua, khususnya di Ibu Kota Provinsi Papua, Kota Jayapura, yakni berziarah kubur. Setelah selesai membersihkan makam, masyarakat muslim di Bumi Cendrawasih berdoa untuk orang tua dan kerabat yang sudah meninggal. Kegiatan seperti inijuga biasa dilakukan pada akhir bulan Ramadhan atau saat Hari Raya Idul Fitri.

Sedangkan menjelang Hari Raya Idul Fitri, mereka biasa menggelar buka puasa bersamadi masjid dalam rangka menjalin silaturahmi antarjamaahdan ada pula dilakukan di lingkungan pekerjaan maupun lingkungan sosial kemasyarakatan.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Jayapura Abdul Hafid Jusuf, mengatakan kegiatan yang sudah berlangsungbertahun-tahun itubertujuan untukmempererat tali silaturahmi antarumat dan antarmasyarakatdi Kota Jayapura. Acara buka bersama biasa dihadiri umat muslimmaupun non-muslim, sehingga mereka bisa merasakan suasana puasa Ramadhan bersama umat Islam.

Kebersamaan dan kekeluargaan tetap terjaga antarumat beragama di Kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua, tersebut. Harmonisasi masyarakat di daerah berjuluk 'Port Numbay' itu dikuatkan dengan berdirinyatugu Harmoni Award yang diresmikan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa'adi pada 7 Maret 2023.Harmonisasi umat di Kota Jayapura diharapkan akan tetap terjaga dan terawat sampai kapanpun.

Pada akhir Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawalmasyarakat muslimmelaksanakan takbir keliling sambil membawa obor di Kota Jayapura.Pawai obor biasa dilakukan umat Islam di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura."Untuk saat ini,pawai obor sepertinya tidak lagi dilaksanakan,tetapi digantikan dengan takbir di setiap masjid," kata AbdulHafidJusuf.


Bakar Batu

Selain berziarah kubur dan berbuka puasa bersama antarumat Islam dan antarumatberagama lainn,salah satu tradisi menjelang Idul Fitri di Papua adalah "bakar batu". Tradisi bakar batu ini rutin dilakukan umat Islam di Bumi Cenderawasih, terutama yang berasal dari Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.

Tradisi bakar batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua Pegunungan yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi.

Pengurus Masjid Baiturrahim Jayapura, Papua, UstazAbdul Kahar Yelipelle, mengatakan tradisi bakar batu menjelang Idul Fitri 2023 ditiadakan karena untuk menghormati Ketua ikatan keluarga Distrik Walesi Jayawijaya, Papua Pegunungan,yang meninggal di Jayapura sebelum bulan puasa Ramadhan.Tradisi bakar batu dijadwalkan baru akan dilakukan setelah perayaan Idul Fitri pada April 2023.

Dia menjelaskan, terkait dengan kegiatan bakar batu, sebelum memasuki bulan puasa ikatan keluarga Distrik Walesi di Jayapura wajib memberikan iuran kepada panitia yang bertugas. Dalam ikatan keluarga Distrik Walesi,panitia yang bertugas mengumpulkan iuran dari setiap keluarga berganti. Jika pada saat Ramadhan hingga halal bihalal yang menjalankan iuran ialah dari umat Kristen, begitupun sebaliknya jika umat kristianiada kegiatan maka umat Islam yang menarik iuran.

Dalam tradisi bakar batu semua keluarga baik dari Kristen maupun Islam yang berasal dari Jayawijaya yang berada di Kota Jayapura akan bersama-sama ikut dalam tradisi tersebut.

"Bagi umat Islam, bakar batu ini berisikan ratusan ekor ayam yang dibeli menggunakan iuran yang sudah dijalankan sebelum bulan puasa," katanya.
?
Tradisi umat Islam khususnya dari Provinsi Papua Tengah sering berbuka puasa bersama dilakukan pada pertengahan Ramadhan dan akhir Ramadhan, seperti dijalankan umat Islam di daerah lain. Selanjutnya, untuk pawai obor, tidak dilaksanakan, tapi hanya malam takbiran di Kota Jayapura.

Kendati demikian, selaku Ketua umum Masjid Raya Provinsi pihaknya mengimbau kepada seluruh takmir masjid di wilayah itu untuk tidak mengadakan takbiran melebihi pukul 22.00 WIT. Malam takbiran hanya dilakukan pukul 19.00 WIT hingga pukul 22.00 WIT. Tujuannya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Untuk menjaga hubungan kerja sama dan toleransi antarumat beragama di Papua yang sangat luar biasa, pengurus Masjid Raya Papua mengajak seluruh masyarakat khususnya umat Islam, melakukan malam takbiran sesuai dengan jam yang telah ditentukan.

Dia juga berpesan kepada generasi muda Papua, khususnya umat Islam dari wilayah Pegunungan, agar melestarikan tradisi bakar batu menjelang Hari Raya Idul Fitri serta menghindari pergaulan bebas, mengonsumsi minuman keras dan narkoba.

Harmomis, saling menjaga, dan saling menghormati antarumat Muslim dan non-Muslim di Kota Jayapura, Papua, menjadikan suasana sejuk. Papua yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mampu menjaga keharmonisan di tengah pluralitasnya.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top