Sudan Tolak Deklarasi Kelaparan yang Didukung PBB
Krisis kemanusiaan di Sudan semakin buruk, membuat jutaan orang membutuhkan bantuan mendesak, kata PBB pada Jumat (25/10/2024), sambil memperingatkan 3,7 juta anak berisiko alami malnutrisi akut.
Foto: ANTARA/AnadoluKHARTOUM- Pemerintah Sudan pada hari Minggu (29/12) menolak laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menggambarkan situasi ketahanan pangan di negara yang dilanda perang itu sebagai krisis pangan.
Menteri Pertanian Sudan Abubakar Omar El-Bushra menyatakan keberatan tentang metodologi yang digunakan dalam laporan Klasifikasi Tahap Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), khususnya metode pengumpulan dan analisis datanya.
"Angka-angka tersebut tidak realistis," katanya saat konferensi pers di Kota Port Sudan di Sudan bagian timur.
El-Bushra mengatakan survei dalam laporan itu dilakukan terhadap 15 negara bagian, yang 11 di antaranya berada di zona konflik serta tujuh negara bagian dikepung oleh kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Karena itu, El-Bushra menganggap survei lapangan menjadi tidak mungkin dilakukan di wilayah-wilayah tersebut.
Menteri Pertanian mengumumkan keputusan Sudan untuk menghentikan hubungannya dengan IPC. "Pemerintah Sudan menolak eksploitasi masalah ketahanan pangan dan pemaksaan kelaparan sebagai kenyataan di negara-negara yang dilanda perang," ujarnya.
Komite Peninjauan Kelaparan IPC, sebuah kelompok pemantauan kelaparan global yang terdiri dari badan-badan PBB, mitra regional, dan organisasi bantuan, baru-baru ini merilis laporan tentang Sudan.
Laporan tersebut menyoroti krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu. Mereka menyatakan sebanyak 24,6 juta orang, yaitu hampir setengah dari populasi, mengalami kerawanan pangan.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi lima daerah yang sudah mengalami kelaparan. Sebanyak lima daerah lainnya diproyeksikan akan menghadapi kelaparan pada Mei 2025.
Kementerian Luar Negeri Sudan menyebut laporan IPC tersebut cacat. "Tidak ada data baru yang dikumpulkan karena konflik yang berlangsung sejak 2022. Laporan mengandalkan informasi yang sudah usang," kata kementerian tersebut melalui pernyataan pada Minggu (29/12).
Pada hari yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Tom Fletcher,memperingatkan tentang kelaparan yang mengancam jutaan orang di Sudan akibat konflik yang terus berlangsung antara tentara dan RSF.
Masyarakat internasional dan PBB telah meningkatkan seruan agar perang segera diakhiri karena Sudan menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin dekat.
Jutaan orang di negara itu disebutkan berisiko mengalami kelaparan dan kematian akibat krisis pangan yang disebabkan pertempuran di 13 dari 18 negara bagian di negara itu.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Batas Baru Bunga Harian Pinjaman Online Mulai Diberlakukan, Catat Perubahannya
- 2 Kemenag: Biaya Haji 2025 di Kisaran Rp80 Jutaan
- 3 Presiden Resmi Umumkan PPN 12 Persen, Berlaku 1 Januari 2025
- 4 Prabowo dan Sri Mulyani Tiba di Kantor Kemenkeu di Tengah Rencana PPN Naik
- 5 Kalah di Beberapa Daerah pada Pilkada 2024, Golkar Akan Evaluasi Kinerja Partai
Berita Terkini
- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Polewali Mandar Kenalkan Dunia Literasi kepada Anak Usia Dini
- Kulkas Empat Pintu Berkapasitas Besar Dukung Tren Meal Preparation
- Semua Partai Bisa Ajukan Calon Presiden
- Berkebun di Dalam Ruang Kini Tak Lagi Masalah
- Viral! Media Italia Sebut Ketum PSSI Ingin Cari Pelatih Eropa Gantikan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia