Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Presiden Tiongkok Xi Jinping Akan Bertemu dengan Para Petinggi Uni Eropa

Foto : ANTARA/Desca Lidya Natalia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin saat konferensi pers di Beijing, China pada Senin (4/12/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Presiden Tiongkok Xi Jinping dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Tiongkok-Uni Eropa ke-24 di Beijing.

"Tiongkok sangat mementingkan pertemuan puncak tersebut. Para pemimpin akan bertukar pandangan secara mendalam mengenai isu-isu strategis yang penting bagi arah hubungan Tiongkok dan Uni Eropa (UE)," Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, Tiongkok pada Senin.

Menurut rencana, Perdana Menteri Li Qiang, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan bersama-sama memimpin pertemuan puncak KTT Tiongkok-UE yang akan dilangsungkan pada 7 Desember 2023 tersebut yang juga bertepatan dengan peringangan 20 tahun kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-UE.

"Diskusi juga berisi isu-isu global yang menjadi kepentingan bersama kedua pihak untuk menghasilkan cetak biru, mengidentifikasi fokus dan memberikan dorongan bagi hubungan Tiongkok-UE," tambah Wang Wenbin.

Wang Wenbin mengakui hubungan Tiongkok-UE menghadapi peluang dan tantangan baru.

"Tiongkok dan UE adalah mitra, bukan saingan, dan kepentingan bersama kami jauh melebihi perbedaan. Tiongkok berharap KTT ini akan memainkan peran penting untuk meningkatkan pemahaman dan rasa saling percaya melalui komunikasi, peningkatan kerja sama yang saling menguntungkan dan mendiskusikan solusi melalui dialog dan konsultasi," ungkap Wang Wenbin.

KTT Tiongkok-UE tersebut dilaksanakan setelah pada September 2023 lalu Ursula von der Leyen mengumumkan UE sedang melakukan penyelidikan atas dugaan subsidi pemerintah Tiongkok terhadap industri kendaraan listriknya yang berkembang pesat. Ia menyebut, mobil listrik Tiongkok dijual dengan harga rendah di negara-negara UE dan hal tersebut dimungkinkan karena adanya subsidi dari pemerintah.

Para pemimpin Eropa menyebut, subsidi mengakibatkan kompetisi tidak adil dalam pasar otomotif Eropa. Namun, Tiongkok mengkritik investigasi tersebut dan memperingatkan langkah itu akan merusak hubungan dagang dengan UE.

Selain itu, Tiongkok juga mengungkit rencana investigasi UE atas subsidi Tiongkok atas industri baja. Beijing menyebut penyelidikan akan mengganggu rantai pasok dan memberikan tamparan bagi perdagangan internasional.

Beijing juga keberatan dengan rencana UE untuk menerapkan Mekanisme Penyesuaian Pembatasan Karbon yang akan menetapkan tarif sebesar 20-35 persen atas barang-barang dengan harga karbon tinggi, seperti baja dan bijih besi.

UE telah menerapkan tarif tambahan terhadap 20 jenis baja dan produk baja tahan karat Tiongkok serta menetapkan kuota impor sebagai langkah untuk melindungi pasarnya hingga pertengahan 2024.

Dominasi industri otomotif dunia khususnya untuk mobil listrik saat ini didominasi oleh Tiongkok, setelah selama beberapa dekade industri otomotif dunia didominasi oleh pabrikan Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.

Tiongkok menyebut telah mengekspor lebih dari setengah juta mobil listrik di dunia pada paruh pertama 2023. Angka tersebut setara dengan pertumbuhan sebesar 160 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Salah satu keunggulan pabrikan Tiongkok yang belum dapat ditandingi oleh produsen negara lain adalah ongkos produksi yang murah. Hal itu pun menjadi masalah bagi Uni Eropa. Saat ini, sebanyak 26 produsen mobil listrik Tiongkok sudah berencana masuk pasar Jerman pada 2025,

Tiongkok juga menjadi produsen utama baterai litium-ion yang merupakan salah satu komponen utama kendaraan listrik. Produsen baterai terbesar di dunia semuanya berasal dari Tiongkok.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top