Para Menlu G7 Nyatakan Bersatu Dukung Perdamaian di Taiwan
Ilustrasi G7.
Foto: REUTERS/Francois LenoirKARUIZAWA - Para Menteri Luar Negeri (Menlu) dari Group of Seven (G7) pada Selasa menyampaikan kesatuan organisasinya untuk mendukung perdamaian dan stabilitas Taiwan yang dinilai merupakan elemen penting mencapai keamanan global.
Menlu G7 juga mendesak Tiongkok untuk bertindak penuh tanggung jawab sebagai anggota komunitas internasional. G7 terdiri atas Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat (AS), serta Uni Eropa.
Dalam sebuah komunike yang dirilis setelah pertemuan tiga hari di Kota Karuizawa, Jepang, para menteri luar negeri menekankan bahwa tidak ada perubahan dari posisi anggota G7 terhadap Taiwan.
Penegasan kesatuan G7 terhadap Taiwan yang merupakan pulau yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri itu muncul setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan negara-negara Eropa untuk tidak menjadi "pengikut" AS atau Tiongkok di tengah ketegangan yang meningkat antara kedua negara adidaya tersebut atas Taiwan.
Para Menlu G7 juga berkomitmen untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina, dengan terus mendukung Kiev.
Mereka mengutuk ancaman Rusia yang berencana menempatkan senjata nuklir di Belarus sebagai tindakan yang tak dapat diterima. G7 tetap berkomitmen untuk mengupayakan dunia tanpa senjata nuklir.
Hasil diskusi pada pertemuan tingkat menteri ini akan ditindaklanjuti pada pertemuan puncak (KTT) G7 pada 19--21 Mei di Kota Hiroshima, Jepang, kota yang menjadi target serangan nuklir pertama di dunia.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berharap dapat menyampaikan visi miliknya tentang dunia tanpa senjata nuklir di KTT tersebut.
Pertemuan para Menlu G7 diadakan menyusul pernyataan Macron yang memicu kontroversi di AS dan Eropa ketika dia memperingatkan dalam sebuah wawancara media agar negara-negara Eropa tidak terseret ke dalam krisis atas Taiwan yang didorong oleh "pergerakan Amerika dan reaksi berlebihan Tiongkok."
Ketegangan di Selat Taiwan terus meningkat terutama setelah pertemuan antara pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Los Angeles awal bulan ini. Pertemuan itu mendorong Tiongkok untuk melakukan latihan militer skala besar di sekitar wilayah perairan tersebut.
Komunike G7 yang terbaru juga menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Di sisi lain, mereka juga menyampaikan keprihatinan serius terhadap agresivitas Beijing yang terus berupaya mengklaim Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan.
"Kami sangat menentang setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan," kata para Menlu G7.
"Kami akan meminta Tiongkok untuk bertindak sebagai anggota masyarakat internasional yang bertanggung jawab. Kami juga bersiap untuk membangun hubungan yang konstruktif dan stabil dengan Tiongkok melalui dialog," kata Menteri Luar Negeri JepangYoshimasa Hayashi, yang memimpin pembicaraan tersebut, dalam konferensi pers.
Berita Trending
- 1 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 2 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di BunĀdesliga
- 3 Dishub Kota Medan luncurkan 60 bus listrik baru Minggu
- 4 Kasdam Brigjen TNI Mohammad Andhy Kusuma Buka Kejuaraan Nasional Karate Championship 2024
- 5 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
Berita Terkini
- Ini Daftar Pemenang MAMA Awards 2024, Grup K-pop aespa Menang Banyak
- Verstappen Akui Red Bull Melaju Lambat di Rangkaian GP Las Vegas
- Pengiriman PMI Ilegal ke Kamboja dan Malaysia Digagalkan, Menteri Karding: Kami Cari Pemainnya!
- Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- BMKG Imbau Warga Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Periode Natal dan Tahun Baru