Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 21 Feb 2023, 20:40 WIB

Mengenal Labuhan Alit Kraton Jogja di Pantai Parangkusumo, Ada Ubarambe Unik dan 12 Cantrik

Foto: Istimewa

YOGYAKARTA - Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo yang menjadi agenda rutin Kraton Yogyakarta kembali dilaksanakan sebagai perwujudanHamemayu Hayuning Bawana.Filosofi ini bermakna bagaimana menjaga keserasian, keselarasan, serta keseimbangan alam. Selain itu, labuhan yang selalu diselenggarakan setiap tanggal 30 Rejeb tahun jawa ini juga merupakan rangkaian dariTingalan Jumenengan Dalematau peringatan penobatan Sultan.

Labuhan sendiri diambil dari kata labuh yang memiliki arti membuang atau menghanyutkan sesuatu ke sungai maupun laut. Tradisi labuhan alit di Pantai Parangkusumo diawali dengan penyerahan ubarampe di pendopo Kapanewon Kretek pada Selasa (21/2/2023). Ubarampe yang dibawa terdiri daripengajeng, pendherek, sertalorodan ageman dalemdengan total 30 buah. Diantara ubarampe tersebut, terdapat rikma dan kenaka atau potongan rambut serta kuku Sultan Hamengku Buwono X.

Usai diadakan upacara serah terima ubarampe untuk dibongkar dan diteliti kelengkapannya, ubarampe tersebut kembali diletakkan di ancak atau jodhang untuk di bawa ke Cepuri Prangkusumo. Sesampainya di Cepuri Parangkusumo, abdi dalem bersiap melaksanakan upacara doa dan ritual di halaman Cepuri. Di lokasi ritual ini, terdapat bongkah batu yang diyakini sebagai tempat pertapaan Panembahan Senopati.

Prosesi labuhan kemudian dilanjutkan dengan 12 cantrik yang membawa ubarampe untuk dilabuh ke laut. Pada labuhan alit kali ini, terdapat tiga ancak di mana masing-masing ancak ditandu oleh empat cantrik. Selagi para cantrik dan abdi dalem Kraton lain menuju bibir Pantai Parangkusumo, warga dan wisatawan yang hadir turut menyertai prosesi labuhan hingga akhirnya ubarampe yang dibawa dihanyutkan oleh Tim SAR.

Wakil Abdi Dalem, Mas Bekel Surakso Dinomo, menyampaikan, tradisi rutin ini juga menjadi sebuah ucapan syukur atas apa yang diterima oleh warga Daerah Istimewa Yogyakarta sepanjang tahun. Selain itu, labuhan ini juga menjadi pengharapan agar warga Yogyakarta senantiasa diberi kesejahteraan dan kedamaian.

"Labuhan ini memang merupakan rangkaian dari Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan penobatan Sultan. Tapi selain itu, tentunya ini juga ucapan syukur dan harapan agar warga Yogyakarta senantiasa damai dan sejahtera," ujarnya

Redaktur: Eko S

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.