MaoHui Deng, University of Manchester
Film arahan sutradara Pat Boonnitipat, How to Make Millions Before Grandma Dies, telah menjadi fenomena tersembunyi sejak dirilis di Asia Tenggara pada September 2024. Film ini kini menjadi film dengan pendapatan tertinggi kedua tahun ini di Thailand, film Thailand paling populer sepanjang masa di Singapura dan Malaysia, serta film Asia paling sukses secara finansial di Indonesia. Film ini juga mencatat sejarah sebagai film Thailand pertama yang masuk daftar pendek (shortlist) kategori film internasional terbaik di ajang Academy Awards.
Film ini mengikuti kisah hubungan antara M (Putthipong Assaratanakul) dan neneknya, Menju (Usha Seamkhum). M, seorang mahasiswa drop-out, pindah ke rumah neneknya untuk menjadi pengasuh penuh waktu setelah sang nenek didiagnosis menderita kanker lambung stadium empat.
Motivasi awal M bukanlah karena empati, melainkan untuk mendapatkan hati neneknya agar dapat mewarisi sejumlah besar uang ketika neneknya meninggal dunia. Namun, seiring waktu, M mengembangkan hubungan yang tulus dengan neneknya, dan keduanya menikmati rasa saling peduli satu dan lainnya.
Keberhasilan yang tak terduga
Awalnya, How to Make Millions Before Grandma Dies tidak diprediksi akan sukses besar di box office. Sebab, ini adalah film debut sang sutradara dan dua aktor utamanya.
Namun, tren viral di media sosial tampaknya mendongkrak popularitasnya. Penonton memposting mengunggah video mereka sendiri sebelum dan setelah (dan terkadang selama) menonton film ini. Video tersebut sering menunjukkan ekspresi bahagia dan tersenyum sebelum film, sedangkan setelahnya penuh dengan tangisan tak terkendali. Tren ini menciptakan antusiasme penonton terhadap film ini sebagai drama emosional yang menyentuh hati.
Ikatan keluarga
How to Make Millions Before Grandma Dies juga menginspirasi penonton Asia Tenggara untuk berbicara tentang hubungan mereka sendiri dengan orang tua dan kakek-nenek.
Di dunia Barat, diskusi tentang merawat orang tua sering kali dibingkai seputar perawatan institusional dan biaya terkait. Sebaliknya, narasi budaya tentang perawatan di Asia Timur dan Asia Tenggara lebih berfokus pada hubungan antar-generasi dan timbal balik.
Penggambaran perawatan antar-generasi dalam film Boonnitipat tidak jauh berbeda dari banyak film Asia Timur dan Tenggara lainnya tentang orang tua. Termasuk di antaranya adalah Late Spring (1949), A Simple Life (2011), Singapore Dreaming (2006), dan Plan 75 (2022).
Dalam film-film ini, tanggung jawab perawatan sering kali jatuh pada perempuan dalam keluarga. How to Make Millions Before Grandma Dies menonjol karena kritiknya terhadap dinamika gender ini. Film ini menyoroti bagaimana perempuan sering kali diperlakukan tidak adil dan diharapkan melakukan pekerjaan perawatan sementara laki-laki tidak.
Anak perempuan Menju, Sew (Sarinrat Thomas), harus mengubah jam kerjanya untuk membantu ibunya. Namun, saudara-saudaranya hanya berpura-pura peduli pada ibu mereka demi mendapatkan uang darinya.
Dalam salah satu adegan, salah satu putra Menju menolak untuk menjalankan tanggung jawabnya dan memilih membayar perawatan ibunya di institusi. Sew mengatakan: “Anak laki-laki mewarisi rumah. Anak perempuan mewarisi kanker.”
Film ini dipilih untuk daftar pendek Oscar karena “kualitas luar biasa, cerita yang mengharukan, dan daya tarik internasionalnya”. Namun, apakah film ini akan memenangkan Oscar pada Maret nanti atau tidak, video banyak orang yang menangis saat menonton film ini, bagi saya, sudah menjadi penghargaan yang cukup.
MaoHui Deng, Lecturer in Film Studies, University of Manchester
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.