Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cegah Inflasi, Pemkab Tulungagung Galakkan Gerakan Tanam Cabai

Foto : ANTARA/HO - Joko Pramono

Pj. Bupati Tulungagung Heru Suseno (rompi hijau) menanam benih cabai di Desa Macanbang, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Rabu (24/7/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Tulungagung - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menggalakkan gerakan tanam cabai di lahan-lahan pertanian daerah itu guna mengantisipasi melonjaknya harga komoditas pangan jenis bumbu dapur tersebut karena berpengaruh terhadap laju inflasi.

Simulasi gerakan tanam cabai ditandai dengan penyaluran bantuan bibit cabai untuk ditanam di lahan seluas 25 hektare yang ada di Desa Macanbang, Kecamatan Kauman, Rabu.

"Gerakan tanam cabai ini merupakan instruksi dari pemerintah pusat untuk mengurangi terjadinya inflasi," kata Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno.

Benih yang diberikan berupa benih cabai jenis keriting dan cabai rawit.

Heru memperkirakan dalam dua sampai tiga bulan ke depan, tanaman cabai yang ditanam hari ini sudah bisa dipanen saat harga masih cukup tinggi.

Dengan melimpahnya stok cabai, diharapkan dapat menekan terjadinya inflasi di daerahnya.

Tanaman cabai ditanam dengan sistem tumpang sari bersama tanaman lain yang bernilai ekonomis.

Selain di Macanbang, gerakan menanam cabai juga dilakukan di seluruh Kabupaten Tulungagung dengan luas lahan mencapai 159 hektare.

Kepala Desa Macanbang, Warkamto Arifiono, mengatakan bahwa penanaman cabai di desanya dilakukan secara serentak sehingga saat panen harganya bisa seragam.

Untuk cabai yang ditanam jenis printer, bisa dipanen mulai hari ke-70 hingga tiga bulan ke depan.

"Kalau hasilnya tidak bisa dihitung dengan kuintal, karena panennya setiap tiga hari sekali," katanya.

Bantuan benih yang diterima untuk 10 hektare lahan dibagi merata kepada petani di lahan seluas 25 hektare.

Warkamto melanjutkan bahwa harga cabai di tingkat petani tertinggi pernah mencapai Rp80 ribu per kilogram. Namun, harga tersebut tak bertahan lama.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top