Minat pada Obligasi Masih Tinggi
KORAN-JAKARTA.COM | Rabu, 14 Mar 2018, 05:00 WIBTerjaganya minat investor terhadap obligasi karena dipicu fundamental perekonomian nasional yang masih solid.
JAKARTA - Sejumlah analis menilai minat investor terhadap instrumen surat utang atau obligasi masih cukup tinggi di tengah kondisi pasar saham yang cenderung menurun.

Ket.
"Instrumen itu dapat dijadikan sebagai alat lindung aset mengingat sifatnya yang defensif. Di tengah kondisi pasar saham yang sedang menurun maka obligasi dapat menjadi pilihan," kata analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo, di Jakarta, Selasa (13/3).
Ia menambahkan investor cenderung meminati obligasi bertenor di atas 5 tahun karena yield yang ditawarkan cukup menarik dan lebih likuid untuk ditransaksikan di pasar sekunder. "Minat investor terhadap obligasi juga dipicu karena fundamental perekonomian nasional masih solid," katanya.
Menurut dia, minat investor yang cukup baik terhadap obligasi akan memicu penerbitan obligasi di dalam negeri marak. Apalagi, didukung dengan peringkat layak investasi (investment grade).
Sementara itu, Direktur Utama Maybank Kim Eng Sekuritas, Wilianto Le, mengemukakan bahwa pihaknya menargetkan dapat menangani penerbitan obligasi sebanyak 10-15 obligasi korporasi dengan target nilai emisi sebesar tiga triliun rupiah.
Anda mungkin tertarik:
Ia mengatakan bahwa saat ini makin banyak perusahaan yang tertarik untuk menerbitkan obligasi guna memenuhi kebutuhan pendanaannya meski dibayangi sentimen eksternal terkait kenakan sukubunga The Fed. "Risikonya adalah bunga yang akan didaftarkan menjadi lebih tinggi karena ada tekanan eksternal. Tetapi, saya tidak melihat bahwa tekanan obligasi di Indonesia itu akan sekuat di AS," katanya.
Ia mengharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 ini tetap terjaga dan mencapai target yang dicanangkan di kisaran 5,3-5,4 persen sehingga akan terus mendukung pertumbuhan pasar modal dan obligasi. "Itu yang kita butuh, pertumbuhan ekonomi terjaga, pertumbuhan bisnis ada ketika pertumbuhan ekonomi itu juga ada," ucapnya.
Bayar Utang
Sementara itu, pada pekan ini tercatat sejumlah badan usaha milik negara menerbitkan obligasi untuk sejumlah kepentingan. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), misalnya, akan menerbitkan surat utang senilai 750 juta dollar AS untuk pembayaran utang.
Selain pembiayaan kembali utang, GIAA akan menggunakan obligasi untuk kegiatan usaha perseroan. Adapun jatuh tempo obligasi tersebut pada 2023 dan obligasi akan diterbitkan tanpa jaminan. GIAA dibantu joint lead manager untuk menerbitkan obligasi itu, antara lain Australia and New Zealand Banking Group (ANZ), Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ (BTMU), Deutsche Bank dan Standard Chartered Bank.
Sedangkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk menerbitkan obligasi jangka menengah (medium terms note/MTN) tahap II sebesar 600 miliar rupiah untuk memperkuat kapasitas pembiayaan. "Penerbitan MTN ini menguntungkan dan memberi sumber pendanaan yang lebih cepat dibanding bentuk pinjaman lain. Dana hasil penerbitan MTN akan memperkuat kapasitas pembiayaan karena Kimia Farma sedang melakukan ekspansi bisnis di tahun 2018," kata Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir.
Bertindak sebagai pengatur penerbitan obligasi yaitu PT BNI Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Indo Premier Securities, dan PT BNI (Persero) Tbk sebagai agen pemantau. Jangka waktu untuk MTN Kimia Farma ini ditawarkan tiga tahun dengan tingkat bunga kupon 7,75 persen, dengan rating AA- (double A minus) yang diperoleh dari PT Pemeringkat Efek Indonesia.
Sementara itu, PT Pegadaian (Persero) menerbitkan medium term notes berbasis syariah sebesar 50 miliar rupiah pada 13 Maret 2018. Kustodian Sentral Efek Indonesia mengumumkan MTN syariah ini akan jatuh tempo pada 13 Maret 2021, dengan tenor pembayaran bunga setiap tiga bulan sekali. Pembayaran bunga pertama MTN Syariah Mudharabah Pegadaian I tahun 2018 seri B akan dilakukan pada 13 Juni 2018, dengan bunga mengambang.
Ant/yni/AR-2
Tren Saat Ini
Realtime






