Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 09 Des 2024, 02:15 WIB

Tren Harga Pangan Dunia Terus Naik, Penting Kurangi Kebergantungan pada Impor

Fluktuasi I Produksi Pangan Lokal Lebih Menjamin Kesiapan Makanan Rakyat

Foto: antara

JAKARTA– Harga komoditas pangan global pada November terus meningkat meskipun laju kenaikannya melambat. Adapun komponen terbesar dalam indeks kenaikan tersebut adalah harga biji-bijian dan sereal.

Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/ FAO), pada akhir pekan lalu, merilis indeks harga pangan bulanan termasuk mencatat kenaikan signifikan masing-masing tiga bulan sebelumnya termasuk November. Kenaikan tersebut terjadi pada sembilan dari 10 bulan sebelumnya, yang didorong oleh cuaca ekstrem di area penanaman utama dan kenaikan biaya bahan bakar serta transportasi.

Pada November, kenaikan terbilang moderat yakni 0,5 persen dan kenaikan bervariasi pada tiga dari lima subindeks. Penggerak terbesar dalam indeks ini adalah minyak nabati, dengan harga komoditas tersebut naik 7,5 persen ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir.

FAO juga menyatakan bahwa harga minyak kelapa sawit, rapeseed, kedelai, dan minyak bunga matahari semuanya naik di tengah situasi yang digambarkan sebagai "kekhawatiran berkepanjangan" mengenai suplai global yang merosot di bawah rata-rata akibat curah hujan tinggi di Asia Tenggara dan meningkatnya permintaan impor.

Di sisi lain, harga-harga produk susu juga meningkat, dengan kenaikan tipis 0,6 persen, yang didorong oleh meningkatnya permintaan untuk susu bubuk, serta tingkat produksi yang lebih rendah di Eropa barat. Kedua kenaikan tersebut cukup untuk mengimbangi penurunan di semua sub-indeks lainnya.

Harga biji-bijian dan sereal tercatat 2,7 persen di bawah level pada bulan sebelumnya dan 8 persen lebih rendah dari November 2023. FAO mengatakan bahwa harga beras 4 persen lebih rendah berdasarkan peningkatan kekuatan pasar, sementara harga gandum turun tipis. Harga jagung stabil, sementara harga jelai dan sorgum mengalami sedikit penurunan.

FAO mengatakan bahwa harga gula turun 2,4 persen pada November dibandingkan pada Oktober, mengembalikan beberapa keuntungan dari dua bulan sebelumnya. Sementara itu, harga daging turun 0,8 persen.

Menanggapi fluktuasi harga pangan itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwijono Hadi Darwanto, mengatakan bahwa penyebab utama kenaikan harga pangan global adalah cuaca yang tidak mendukung pertanian.

“Gejala naiknya harga produk pangan ini selain dipicu karena keterbatasan produk akibat cuaca kurang mendukung, juga ada gejala kenaikan ongkos produksi akibat kenaikan harga raw material dari input produksi,” ungkapnya.

Kondisi tersebut, kata Dwijono, menjadi perhatian serius karena fluktuasi harga pangan tidak hanya memengaruhi ketersediaan pangan global, tetapi juga daya beli masyarakat, terutama di negara-negara yang bergantung pada impor bahan pangan.

“Dengan tantangan yang dihadapi sektor pertanian global saat ini, perhatian terhadap perubahan iklim dan efisiensi biaya produksi menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan di masa mendatang,” katanya.

Untuk itu, Dwijono menyarankan untuk menjaga kestabilan harga dengan pengendalian harga input produksi dan mendukung keberlanjutan tenaga kerja di sektor pertanian.

Tantangan Serius

Pengamat pertanian dari Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar Bali, I Nengah Muliarta, mengatakan kenaikan harga komoditas pangan global tetap menjadi tantangan serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Dengan catatan bahwa harga biji-bijian dan sereal mengalami penurunan, namun faktor cuaca ekstrem dan biaya transportasi yang meningkat tetap memengaruhi pasar.

Dengan kondisi seperti itu, maka upaya untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri sangat penting untuk mengurangi kebergantungan pada impor, terutama beras yang dalam dua tahun terakhir mengalami lonjakan signifikan.

“Kenaikan harga pangan global memperlihatkan betapa rentannya sistem pangan yang bergantung pada impor. Kebergantungan yang tinggi pada pangan luar negeri dapat menyebabkan kerentanan terhadap fluktuasi harga dan pasokan,”tegas Muliarta.

Oleh karena itu, meningkatkan produksi dalam negeri menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan. Produksi pangan lokal yang lebih banyak akan meminimalkan dampak perubahan harga pangan global dan memastikan ketersediaan pangan yang stabil bagi penduduk.

Dalam jangka pendek, strategi yang dapat ditempuh adalah memberi akses yang baik ke petani mendapatkan pupuk, benih unggul, dan alat pertanian modern. Hal itu dapat dilakukan melalui subsidi dan program distribusi yang efisien.

Kemudian, mengintensifkan program penyuluhan guna menerapkan praktik pertanian yang baik, termasuk cara mengatasi dampak cuaca ekstrem. “Ini akan membantu petani untuk meningkatkan hasil panen mereka dalam waktu singkat,"ungkap Muliarta

Strategi jangka pendek lainnya, tambah dia, dengan memperbaiki infrastruktur transportasi dan penyimpanan untuk memastikan hasil pertanian dapat didistribusikan dengan cepat dan efisien ke pasar. Kemudian, dengan mengimplementasikan kebijakan yang melindungi harga komoditas agar tetap stabil bagi petani sehingga mereka termotivasi untuk meningkatkan produksi.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.