Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 07 Jan 2025, 00:13 WIB

Semoga segera Diwujudkan, Guru Besar UGM: Penanganan PMK di RI Perlu Vaksinasi Menyeluruh

Ilustrasi - Dokter hewan saat bersiap memberikan suntikan vaksin kepada tenak sapi yang terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di pasar hewan Desa Sibreh Kecamatan Sibreh Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/5/2022).

Foto: ANTARA/Ampelsa

Yogyakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Aris Haryanto menekankan pentingnya vaksinasi pada hewan ternak secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali merebak di Indonesia.

"Vaksinasi itu harus dilakukan dua kali minimal. Jarak antara vaksin pertama dan kedua itu sebulan. Tapi setelah itu tetap harus divaksin setiap enam bulan sekali," kata Aris dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin.

Aris menduga lonjakan kasus PMK di berbagai wilayah dipicu proses vaksinasi ternak yang belum menyeluruh dan berkala.

"Kasus PMK kali ini merupakan gelombang kedua, sebelumnya sudah pernah -vaksinasi- dan peternak sekarang sudah terinformasi. Namun karena kasusnya mereda, jumlah vaksinasinya juga menurun," ujarnya.

Penyakit PMK atau bernama lain "apthae epizootica" (AE), "aphthous fever", dan "foot and mouth disease" (FMD), kata Aris, disebabkan oleh virus RNA, genus Apthovirus yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae.

Meskipun virus ini memiliki berbagai serotipe yakni O, A, C, Southern African Territories (SAT -1, SAT - 2 dan SAT - 3) dan Asia -1, menurut dia, kasus di Indonesia diyakini bertipe O.

Menurut dia, penyebaran PMK sangat cepat dan menular pada hewan ternak baik secara langsung, tidak langsung, maupun melalui udara.

"Virus ini bisa menyebar secara langsung melalui udara. Jika hewan itu ditempatkan berdampingan, kemungkinan tertularnya besar. Bahkan ada kasus di mana penularannya bisa sampai 200 km jaraknya," ucap dia.

Cepatnya penularan PMK dalam beberapa tahun terakhir menurut Aris berawal dari kasus pertama di Indonesia yang ditemukan di Jawa Timur dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD), dan gelombang kedua wabah PMK kali ini juga muncul di kedua daerah tersebut.

Aris mengakui pengembangan vaksin PMK terus digalakkan pemerintah dengan mengembangkan jenis vaksin sesuai tipe virus yang muncul dalam kasus nasional.

Sayangnya, produksi vaksin dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan vaksinasi untuk hewan-hewan ruminansia ternak yang rentan terkena PMK.

Soal mitigasi wabah PMK, Aris menilai perlu dilakukan secara bertahap sesuai gejala yang muncul.

Pada tahap pertama, hewan yang terkena PMK akan mengalami demam tinggi, berikutnya akan muncul lepuh atau lesi atau sariawan pada rongga mulut, serta luka pada kuku.

Dia berharap peternak bersikap tanggap dengan memberi analgesik dan antibiotik untuk meredakan nyeri dan demam, serta memisahkan dengan hewan lainnya demi mencegah penularan lebih lanjut.

"Hewan yang terinfeksi harus diberi antibiotik dan vitamin secara berkala, ini untuk mencegah munculnya infeksi sekunder akibat luka yang terbuka," tutur Aris.

Selama pelaksanaan mitigasi, peternak diharapkan menerapkan biosekuriti yang baik pada area kandang dengan mengawasi secara ketat akses keluar masuk pada hewan yang terinfeksi.

Adapun masa inkubasi virus PMK bisa dalam jangka panjang selama dua hingga lima hari, sedangkan untuk jangka pendek bisa terjadi dalam masa waktu 10 hingga 14 hari.

Faktor yang mempengaruhi masa inkubasi adalah jenis virus dan tata laksana peternak.

Karena itu, Aris menegaskan penting bagi peternak untuk langsung melaporkan kasus PMK pada petugas satgas atau dokter hewan terdekat untuk membantu peternak melakukan mitigasi dan penanganan.

"Tidak perlu panik, utamanya segera lapor dan lakukan mitigasi," ucapnya.

Pemerintah bersama Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dan sejumlah pakar terus menjalin kerja sama agar jumlah kasus terinformasi dan tertangani dengan baik.

Khusus untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah, katanya, Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga turut berkontribusi menangani kasus PMK melalui PDHI maupun penerjunan mahasiswa secara langsung.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.