Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Presiden Belarusia: Jika Rusia Runtuh, 'Kami Semua Akan Mati'

Foto : NEWSWEEK/AFP/GETTY IMAGES/MIKHAIL METZEL

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyambut sekutunya Presiden Russia Vladimir Putin sebelum KTT CSTO di Minsk, Belarusia,pada 30 November 2017.

A   A   A   Pengaturan Font

ISTANBUL - Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyatakan bahwa jika Rusia runtuh maka "kami semua akan mati".

Pernyataan ini disampaikan setelah tentara bayaran Wagner memberontak terhadap Kremlin.

"Jika Rusia runtuh, kami akan tetap berada di bawah reruntuhan, kami semua akan mati," kata Lukashenko dalam sebuah upacara di ibu kota Minsk.

Menyaksikan "pemberontakan bersenjata" di Rusia akhir pekan lalu adalah"menyakitkan", kata Lukashenko.

"Saya harus bilang sungguh menyakitkan bagi saya menyaksikan perkembangan terakhir di selatan Rusia. Banyak warga negara kami juga bersimpati kepada mereka. Ini karena tanah air kami satu," kata Lukashenko.

Lukashenko mengakui telah memerintahkan tentara Belarus dalam siaga penuh selama peristiwa di Rusia itu.

Mengenai kesepakatan yang ditengahi Lukashenko untuk mengakhiri konflik antara Wagner dan Kremlin, Presiden Belarus itu meminta agar tidak menjadikan dia "pahlawan".

"Jangan menjadikan saya pahlawan, baik saya maupun (Presiden Rusia Vladimir) Putin atau (pemimpin Wagner Yevgeny) Prigozhin," kata dia.

"Karena kami membiarkan situasi itu terjadi begitu saja dan kemudian kami mengira konflik itu akan selesai dengan sendirinya, nyatanya tidak," sambung Lukashenko.

Dia juga mengklaim bahwa oposisi Belarus juga sudah "mulai nyaring" di tengah peristiwa yang terjadi di Rusia, tetapi mereka salah.

"Mereka (oposisi Belarus) berusaha keras menunjukkan paling tidak hasil kerja mereka kepada bos-bos mereka. Mereka bahkan telah mengeluarkan seruan dan menerbitkan rencana yang menunjukkan kesiapan mengimplementasikan skenario pemberontakan bersenjatanya sendiri," kata dia.

Sebelumnya pada 24 Juni, pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, menuding Kementerian Pertahanan Rusia menyerang petempur-petempurnya, dan mendeklarasikan "Unjuk Keadilan" dan bergerak dari perbatasan Ukraina ke kota Rostov-on-Don di Rusia.

Prigozhin bahkan berencana mengerahkan pasukannya ke Moskow untuk "menggulingkan para pimpinan militer."

Badan Keamanan Federal menyebut tindakan kelompok Wagner itu "pemberontakan bersenjata". Badan ini mengajukan gugatan pidana terhadap Prigozhin.

Namun sebelum tiba di Moskow, Prigozhin dan pasukannya memutuskan mundur untuk menghindari pertumpahan darah di Rusia.

Lukashenko mengatakan dia turut membantu dalam penyelesaian konflik tersebut dengan berunding bersama pemimpin Wagner itu dan mendesak Prigozhin agar menerima kesepakatan tidak menghentikan konflik.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top