Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 12 Feb 2023, 10:38 WIB

Pepes Cacing Laut, Kuliner Khas Lombok yang Cuma Ada Setahun Sekali

Hidangan unik "Nyale" khas Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Foto: ANTARA/Pamela Sakina

JAKARTA - Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) selain terkenal dengan keindahan pesona alamnya juga memiliki ragam kuliner khas yang nikmat, salah satunya hidangan nyale.

Nyale merupakan hidangan spesial khas masyarakat setempat yang biasa dinikmati sekali dalam satu tahun, yakni pada Festival Bau Nyale yang tahun ini jatuh pada Februari.

"Saat waktunya tiba, masyarakat Lombok akan berbondong-bondong memburu Nyale di sejumlah pantai, salah satunya Pantai Seger Kuta," kata peneliti Ilmu Kajian Budaya Universitas Pendidikan Mandalika Lalu Ari Irawan, Jumat (10/2).

Hidangan itu bisa unik karena sedikit berbeda dengan kuliner di Lombok pada umumnya. Nyale adalah bahasa lokal untuk hewan sejenis cacing laut.

Hidangan laut itu bisa diolah menjadi berbagai santapan. Warga lokal biasa menyajikan nyale dalam bentuk pepes, goreng, atau menjadi hidangan berkuah santan.

Bak sashimi ala Jepang, beberapa dari mereka juga senang nyale mentah.

Rasa nyale cukup unik, aromanya serupa dengan makanan laut pada umumnya. Tekstur nyale yang telah dimasak mirip pula seperti hati ayam, dibalut dengan bumbu rempah khas Lombok yang pedas dan lezat.

Nyale bukan sekedar hidangan, masakan ini memiliki sejarah panjang yang berasal dari cerita legenda lokal "Putri Mandalika" yang dipercayai oleh masyarakat Lombok.

Putri Mandalikamenceburkan diri ke laut akibat suatu permasalahan yang pernah ada pada masa kerajaan di Lombok. Konon setelah sang putri tenggelam di laut, muncul binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak, yang kini disebut sebagai Nyale.

Masyarakat Lombok percaya bahwa binatang itu adalah jelmaan Putri Mandalika. KeteikaFestival Bau Nyale tiba, mereka akan berlomba-lomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk diolah menjadi ragam hidangan sebagai simbol rasa cinta kasih.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.