Para Peneliti Berusaha Temukan Cara Memperbaiki Ginjal yang Rusak
Gagal ginjal adalah epidemi global dengan sekitar 850 juta orang menderitanya.
Foto: ISTIMEWASINGAPURA - Para peneliti dilaporkan sedang berusaha menemukan cara untuk memperbaiki ginjal yang rusak. Pasien yang mengalami gagal ginjal mungkin akan dapat sembuh, jika uji coba pengobatan terbaru ini terbukti sama berhasil pada manusia, seperti pada tikus.
Dikutip dari The Straits Times, Rabu (1/2), uji coba pada manusia akan dimulai tahun ini, dan jika semua berjalan lancar, uji klinis pada pasien akan dimulai dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
"Penemuan ini bisa menjadi pengubah permainan yang nyata untuk pengobatan penyakit ginjal kronis, yang merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Singapura dan global, membawa kita selangkah lebih dekat untuk memberikan manfaat yang dijanjikan oleh pengobatan regeneratif," kata peneliti sekaligus dekan Fakultas Kedokteran Duke-National University of Singapore (NUS), Thomas Coffman.
Tim dari Duke-NUS Medical School, National Heart Centre Singapore (NHC), dan peneliti dari Jerman, mampu menghambat protein yang berperan besar dalam kerusakan organ sehingga ginjal yang cedera beregenerasi, dan fungsi ginjal pulih.
Tim mengatakan ini adalah yang pertama di dunia di mana pengobatan telah memungkinkan ginjal yang rusak untuk beregenerasi. Mereka telah mengerjakan proyek ini selama lebih dari satu dekade, tidak hanya pada ginjal, tetapi juga organ lain seperti paru-paru dan hati.
"Gagal ginjal adalah epidemi global dengan sekitar 850 juta penderita. Ginjal dapat rusak melalui infeksi akut atau penyakit kronis seperti diabetes," kata ahli biologi molekuler dengan program Gangguan Kardiovaskular & Metabolik (CVMD) Duke-NUS, Anissa Widjaja.
Dia mengatakan Singapura menempati urutan pertama di dunia untuk gagal ginjal akibat diabetes dan keempat dalam hal prevalensi gagal ginjal. Para peneliti mengatakan ginjal memiliki kemampuan bawaan untuk beregenerasi.
Beri Antibodi Penawar
Mereka memberi antibodi penawar kepada tikus yang mengalami radang ginjal karena terkena protein interleukin-11 (IL-11), yang dikenal menyebabkan kerusakan dan jaringan parut pada organ seperti ginjal, hati, paru-paru, dan jantung.
Perawatan tersebut menargetkan sel-sel pada lapisan tabung kecil di dalam ginjal yang mengembalikan nutrisi ke dalam tubuh, meninggalkan urin. Saat diobati dengan antibodi penawar terhadap IL-11, sel-sel tubulus mampu berkembang biak dan meregenerasi ginjal, memperbaiki kerusakan.
Ada peningkatan pada semua tikus, tidak peduli seberapa parah ginjalnya rusak. Hasil studi praklinis ini dipublikasikan secara daring di jurnal Nature Communications pada Desember tahun lalu.
"Terapi ini dapat digunakan untuk mengobati orang yang berisiko terkena penyakit ginjal akut untuk mencegahnya, untuk mengobati orang yang memiliki penyakit ginjal akut untuk mengurangi kerusakan ginjal, dan untuk mengobati pasien dengan penyakit ginjal kronis untuk memulihkannya. Ini karena mengaktifkan regenerasi di ginjal berguna untuk semua jenis penyakit ginjal," kata Stuart Cook, yang merupakan peneliti utama studi tersebut.
"Kami menunjukkan terapi anti-IL11 dapat mengobati gagal ginjal, membalikkan penyakit ginjal kronis yang sudah ada, dan memulihkan fungsi ginjal dengan mendorong regenerasi pada tikus, sekaligus aman untuk penggunaan jangka panjang," ujarnya.
Pengujian antibodi pada manusia sehat akan dimulai awal tahun ini. Jika itu berjalan dengan baik, uji klinis pada pasien harus dimulai pada 2024. Ini akan dilakukan oleh raksasa farmasi Boehringer Ingelheim, yang turut terlibat dalam penelitian tersebut, karena telah membeli lisensi untuk melakukannya.
Uji coba pada manusia kemungkinan akan dimulai dengan pasien dengan paru-paru fibrotik, dengan uji coba pada pasien ginjal yang akan datang berikutnya. Eksperimen pada tikus melibatkan sejumlah kohort selama beberapa tahun, untuk memastikan "kekokohan" pada hasilnya.
Untuk menguji keefektifannya terhadap penyakit ginjal kronis, ginjal pada tikus "rusak parah" hingga kehilangan sekitar sepertiga fungsinya. Setelah sekitar tiga minggu untuk menstabilkan kerusakan, tikus disuntik dengan antibodi.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 4 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam
Berita Terkini
- Bantuan Tenda untuk Warga Terdampak Gempa
- Percepat Pembangunan di Nusantara, Kementerian PU Diminta Dukung Selesaikan Tol di IKN
- Ayo Dukung Kampus Fokus Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Perguruan Tinggi Tidak Berwenang Urus Tambang
- Semoga Tidak Banyak Kecurangan, Kemendikdasmen Libatkan Sekolah Swasta dalam SPMB
- Sistem Misil AS akan Ditarik jika Tiongkok Setop Perilaku Koersif