Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesejahteraan Masyarakat - Rata-rata Penurunan "Stunting" Tiap Tahun Cenderung Kecil

Pangan Lokal Bisa Tekan "Stunting"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah serius mendorong pengembangan dan pemanfaatan pangan lokal, mengingat RI memiliki sekitar 77 jenis pangan lokal yang mengandung karbohidrat.

JAKARTA - Angka stunting di Tanah Air saat ini masih tinggi sekitar 21,6 persen tahun lalu. Meskipun lebih rendah dibanding 2021, namun penurunannya sangat lambat dan jauh dari harapan. Tingginya angka stunting tersebut ditengarai beberapa faktor, salah satunya keengganan para ibu mengonsumsi pangan lokal.

Anggota Komisi IX DPR RI, Elva Hartati, menyebut pada 2021, angka kasus mencapai 24,4 persen. Pemerintah sendiri menargetkan penurunan stunting pada 2024 hingga 14 persen. "Idealnya, target tersebut harus mencapai 3,8 persen," tegasnya dikutip dari laman rsmi DPR RI, Rabu (15/2).

Dia melanjutkan dalam 10 tahun belakangan ini, rata-rata penurunan angka stunting sekitar 1,75 persen per tahun. Sedangkan mulai 2019-2022, penurunan angka stunting mencapai 6,1 persen atau rata-rata 2 persen per tahun. "Sedangkan untuk mencapai target, idealnya penurunan stunting harus menyentuh angka 3,8 persen per tahun," ujarnya

Dari fakta angka penurunan stunting pada 2022 tersebut, kata Elva, berarti masih terdapat 4,7 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Karena itu, pemerintah perlu berupaya ekstra keras untuk terus menurunkan angka-angka tersebut. Dia menambahkan setiap kali rapat dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Komisi IX DPR selalu menekankan koordinasi untuk percepatan penurunan angka stunting.

"Dengan adanya Perpres Nomor 72 Tahun 2021 diharapkan penanganan stunting sudah lebih terstruktur dan bisa dilakukan secara holistik, sekaligus pelibatan semua pihak dengan kewenangan masing-masing," ungkapnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top