Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Faktor Domestik Sangat Mendukung

Nilai Tukar Rupiah Kembali Merosot, Pasar Tunggu Risalah FOMC AS

Foto : istimewa

Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1).

A   A   A   Pengaturan Font

Kurs rupiah pada Rabu (12/4) pagi dibuka melemah tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.889 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.886 per dolar AS.

Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (12/4) merosot seiring pasar menunggu risalah Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Kurs rupiah pada Rabu pagi dibuka melemah tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.889 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.886 per dolar AS.

"Rupiah masih berpotensi menguat namun terbatas. Investorwait and seemenantikan data inflasi AS dan risalah FOMC malam nanti," kata analis DCFX Futures Lukman Leong di Jakarta, Rabu (12/4).

Lukman mengatakan inflasi Amerika Serikat (AS) secarayear on year(yoy) diperkirakan akan melambatke 5,2 persen dari 6 persen, menyebabkan dolar AS tertekan.

Sementara itu, belum ada ekspektasi pada FOMC malam ini. Namun, Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan akan lebihdovishterkait kebijakan suku bunga acuannya dari sebelumnya.

Dari domestik, investor menantikan data penjualan ritel Indonesia bulan Februari yang telah terus menurun dalam enam bulan terakhir. Namun, apabila data ritel bisa lebih baik maka rupiah berpotensi untuk melanjutkan penguatan.

Lukman menuturkan penguatan rupiah belakangan ini didukung oleh faktor domestik dengan permintaan kuat Surat Berharga Negara (SBN) terutama dari asing sehingga aliran dana asing terus berlanjut ke pasar domestik.

Ketertarikan investor berinvestasi di pasar keuangan domestik dipengaruhi oleh data ekonomi Indonesia yang bagus dan pertumbuhan yang kuat, suku bunga yang relatif tinggi, ekspektasi akan kenaikan besar pada cadangan devisa dengan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor.

Pada triwulan IV 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tetap tinggi yakni 5,01 persen (yoy), di tengah pertumbuhan ekonomi global yang dalam tren melambat.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan tahun 2022 tercatat 5,31 persen (yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,7 persen (yoy).

Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3 persen, didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.

Selain itu, aliran modal asing masuk bersih mencapai Rp4,23 triliun di pasar keuangan domestik selama periode 3-5 April 2023. Aliran modal asing masuk tersebut berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp2,13 triliun dan pasar saham sebesar Rp2,10 triliun.

Lukman memperkirakan rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp14.850 per dolar AS hingga Rp15.000 per dolar AS.

Pada Selasa (11/4) rupiah ditutup meningkat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.886 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.902 per dolar AS.


Redaktur : Kris Kaban
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top