Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 21 Mar 2025, 14:08 WIB

Merawat Dugong dengan Kearifan Lokal Minahasa

Foto: South China Morning Post

MANADO - Perairan Desa Arakan, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan menjadi salah satu tempat hidup dan berkembang biak dugong (Dugong dugon), mamalia laut yang dilindungi.

Desa Arakan adalah satu dari beberapa desa di Kawasan Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, bagian selatan, seperti Desa Rap-Rap, Sondaken, Pungkol, Popareng dan Wawontulap (Kecamatan Tatapaan), serta Desa Poopo, Teling, Kumu, Pinasungkulan di Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.

Populasi dugong di sana masih terjaga karena kearifan lokal yang tetap tumbuh turun-temurun. Satu yang dipercayai masyarakat setempat, memakan dugong dapat menyebabkan hilangnya ikan teri yang di perairan Desa Arakan.

"Tak jauh dari perkampungan Desa Arakan ada  kolam dugong. Setiap hari bisa dijumpai beberapa ekor dugong bermain di kolam itu," kata Syamsudin Bugis, 63 tahun, warga Arakan.

Cerita soal dugong yang saban hari muncul di perairan Arakan sudah didengarnya sejak berusia muda.

"Kami juga pernah memelihara dua ekor dugong, tapi pada akhirnya dilepaskan. Di sini menjadi salah satu habitat dugong dengan populasi yang cukup banyak," katanya.

Perairan Arakan menjadi salah satu habitat hewan menyusui tersebut karena menyediakan lamun yang melimpah sebagai sumber makanan.

"Tak sekadar makan, dugong juga kawin di perairan ini," ujarnya.

Dari sejumlah cerita masyarakat, kearifan lokal yang dipercayai turun-temurun menjadi benteng utama sehingga populasi dugong masih bertahan hingga saat ini.

Diyakini oleh masyarakat setempat, saat ikan teri  masuk wilayah perairan Arakan, maka sekumpulan dugong akan ikut juga dalam kelompok tersebut.

Ada cerita bahwa kearifan lokal itu tumbuh berkat ada kesadaran bahwa keberadaan dugong ada kaitannya dengan berlimpahnya ikan teri di peraian itu. Ikan teri itu merupakan objek buruan masyarakat, terutama para perempuan nelayan di daerah itu.

Dulu, ada masyarakat yang menangkap dan mengkonsumsi dugong. Tak lama kemudian, kelompok dalam jumlah besar ikan teri menghilang atau lari.

Awalnya hal itu dianggap biasa. Tapi setelah beberapa kali kejadian, orang-orang tua  kemudian mempelajari bahwa hilangnya teri ada kaitannya dengan banyaknya dugong yang ditangkap.  Lalu, tua-tua adat di kampung mengajak masyarakat jangan lagi memakan daging dugong.

"Mungkin dugong itu adalah rajanya saat bersama-sama dalam sekumpulan besar ikan teri. Kalau rajanya sudah tidak ada, ikan teri menghilang. Mungkin satu kerajaan," kata Syamsudin.

Kearifan lokal tidak mengkonsumsi daging dugong kemudian terbukti  tidak hanya memiliki makna menjaga kelestarian dugong semata. Tapi pesan yang besarnya adalah kaum perempuan nelayan seperti mendapatkan panen besar saat musim ikan putih tiba.

1742538386_52617c3aff4f739aaf66.jpg

Kawasan Taman Nasional Bunaken menyimpan banyak keanekaragaman spesis, di antaranya dugong. Populasi dugong di wilayah perairan Desa Arakan, masih tetap terjaga karena kearifan lokal yang tetap tumbuh turun-temurun. ANTARA/HO-BTN Bunaken

Kearifan lokal itu bertahan sampai saat ini. Saat mengambil ikan teri terlihat juga ada tiga atau empat ekor dugong di pinggir kelompok teri. Nelayan bahkan segera menyingkirkan jala bila ada dugong yang melintas agar tidak terjerat.

Bagi Syamsudin, yang sudah lebih 40 tahun melaut, ada keinginan besar agar upaya menjaga populasi dugong dituangkan dalam sebuah peraturan desa yang mengikat.

Menjaga Bakau

Ismail Husen, warga setempat mengatakan, menjaga habitat dan populasi dugong juga tidak bisa dipisahkan dari baik buruknya kondisi bakau yang ada di sekitarnya.

"Kalau ekosistem bakau terjaga, maka itu akan menyangga perairan yang ada di sekitar, termasuk habitat dugong," kata Koordinator Bidang Publikasi dan Kampanye Yayasan Swara Parangpuan Ismail Husen.

Mae, begitu pria tersebut disapa, sudah sejak tahun 1996 menjadi aktivis lingkungan yang terus mengkampanyekan pelestarian bakau berspektif gender di beberapa desa sekitar termasuk Arakan.

Khusus materi pelestarian bakau, kata dia, biasanya dimasukkan dalam muatan lokal. Sesekali siswa juga diajak melihat ekosistem bakau untuk mengenal jenis dan manfaatnya.

"Guru juga kadang meminta kami melengkapi materi ajar terkait dengan bakau," katanya.

Ismail mengatakan, terjaganya hutan bakau yang ada di Arakan, ikut mendukung pelestarian satwa Dugong yang ada di perairan tersebut.

Apabila ekosistem bakau rusak, maka ikut mempengaruhi ketersediaan makanan dugong yang bersumber dari lamun.

"Karena itu, kami terus melakukan edukasi kepada anak sekolah agar pemahaman mereka menjaga kelestarian lingkungan semakin terasah," katanya.

Dia berharap, edukasi pelestarian lingkungan menjaga mangrove maupun dugong akan memunculkan semakin banyak remaja yang bisa menjadi tutor sebaya bagi anak seusianya.

Mae menambahkan, kehadiran dugong menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk datang ke Desa Arakan dan menghabiskan waktu beberapa hari tinggal di rumah penduduk.

"Kalau mereka mau melihat dugong, biasanya menyewa beberapa perahu nelayan. Mereka sangat menikmatinya," katanya

Dia menyebutkan, sebelum pandemi COVID-19 setiap bulannya ada sepuluh hingga belasan turis yang datang melihat dugong. Warga mendapatkan manfaat dari kunjungan wisatawan tersebut meskipun kecil.

"Jadi ada warga yang menyediakan makanan, ada juga rumah warga yang digunakan untuk menginap, beberapa bahkan menggunakan perahu nelayan. Bahkan ketika mereka pulang, mereka membeli ikan asin dan ikan teri," katanya menambahkan.

Dia berharap, kunjungan wisatawan bisa meningkat seiring dengan perbaikan fasilitas penginapan di rumah warga yang semakin memadai.

Menjaga populasi dugong melalui kearifan lokal di Desa Arakan juga diapresiasi Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Faat Rudhianto.

Menurut Faat, dugong menjadi salah satu spesies yang dilindungi yang bisa menjadi daya tarik wisatawan dan kekhasan Taman Nasional Bunaken.

"Dari sisi kesadaran warga menjaga kelestarian dugong, patut diapresiasi. Apabila ada dugong yang tersangkut di jala atau alat tangkap nelayan, mereka akan melepaskan kembali. Kami salut," ujarnya. Ant

Redaktur: -

Penulis: Deri Henriawan

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.