Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mendambakan Keseimbangan Kekuasaan, Masih Bisakah Berharap pada Oposisi?

Foto : ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

Aksi bangun oposisi rakyat di Yogyakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

2. Feodalisme yang kuat

Kuatnya budaya feodalisme (sistem politik yang dikuasai oleh golongan bangsawan) juga turut mempersulit hadirnya oposisi. Penguasa menempati posisi tertinggi dalam struktur sosial masyarakat. Melontarkan kritik kepada penguasa tidak hanya dianggap salah tetapi juga termasuk dalam tindakan perlawanan. Tak ayal, masih banyak elite politik kita yang kurang siap menerima kritik.

Agenda "stabilitas" dan "persatuan" sering disalahgunakan untuk menghindari musyawarah publik. Padahal ruang publik yang terbuka luas untuk memperdebatkan setiap rancangan kebijakan merupakan mekanisme konstruktif bagi pembangunan bangsa.

3. Kesadaran demokrasi

Pemahaman atas makna demokrasi juga bekontribusi pada lemahnya eksistensi oposisi. Masyarakat Indonesia tidak melihat demokrasi sebagai terjaganya ruang musyawarah publik dalam kerangka checks and balances, tetapi lebih kepada kemampuan pemerintah mengeksekusi kebijakan pembangunan ekonomi. Ini membuat masyarakat cenderung abai terhadap praktik-praktik penyalahgunaan kekuasaan selama pemerintah menunjukkan performa memuaskan di aspek tersebut.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top