Masyarakat Diminta Berhati-hati, Wamenkomdigi Ingatkan Hadirnya Kecerdasan Artifisial yang Kian Pintar
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria berbicara dalam acara "Semangat Awal Tahun 2025" di IDN HQ, Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Foto: ANTARA/Fathur RochmanJakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria mengungkapkan bahwa tahun 2025 menjadi awal dari era baru dalam perkembangan kecerdasan buatan, yakni agentive AI, yang disebut semakin pintar.
"Apa itu agentive AI? Itu satu sistem kecerdasan buatan (AI) yang bisa melakukan 'reasoning' sendiri. Lalu membuat 'decision making' sendiri secara otomatis," ujar Nezar di Jakarta, Rabu.
Nezar menyebut bahwa teknologi terbaru ini merupakan pengembangan dan gabungan dari AI generatif, seperti basic learning, deep learning, dan lainnya, lalu menyatu dalam satu sistem kecerdasan buatan yang didedikasikan untuk tugas khusus.
Teknologi ini sedang dikembangkan oleh sejumlah perusahaan teknologi global dan diprediksi segera hadir dalam berbagai produk yang akan berdampak luas.
Dia menuturkan bahwa penerapan agentive AI mencakup berbagai skenario, seperti menjadi asisten pribadi yang mampu menyusun agenda, mengirim surat, hingga memberikan rekomendasi makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan seseorang.
Teknologi ini bahkan mampu membantu menciptakan karya seni, seperti melukis dengan gaya tertentu.
"Misalnya saya mau melukis dengan gaya Van Gogh. Dia akan membantu kita untuk mencari dimana kita bisa melukiskan Van Gogh. Lalu dia style-nya dia kasih tahu, sampai kemudian dia bisa membantu memilihkan kita warna cat apa saja yang dipakai oleh Van Gogh untuk di lukisan," ucap dia.
Namun, Nezar mengatakan perkembangan agentive AI ini menimbulkan tantangan besar, terutama dalam sektor tenaga kerja.
Menurutnya, banyak jenis pekerjaan diprediksi akan tergantikan oleh kemampuan AI ini.
Oleh karena itu, generasi muda, khususnya Gen Z dan kelas pekerja produktif, perlu memahami secara mendalam cara kerja teknologi ini untuk tetap relevan dalam dunia kerja di masa depan.
"Saya kira perlu sekali untuk mencermati secara fundamental bagaimana sih sebenarnya cara kerja AI ini. Itu yang pertama buat gen Z kita ini, buat kelas pekerja produktif kita ini," ujarnya.
Lebih lanjut Nezar mengatakan pemerintah memiliki peran penting dalam mengantisipasi dampak agentive AI, meski sulit dilakukan mengingat perkembangan AI yang bersifat eksponensial.
Dia menilai perlu adanya regulasi yang tepat untuk mengelola dampak-dampak yang mungkin terjadi.
"Kita coba membuat satu regulasi yang kira-kira bersifat horizontal. Dalam artian kita set values-nya, fundamental values yang harus diperlukan oleh para developer, deployer, dan juga pengguna AI ini," ucap Nezar.
*Plus nanti secara vertikal bagaimana dia diadopsi oleh sektor-sektor seperti pendidikan, kesehatan, layanan finansial, dan lain-lain," pungkas dia.
Pendekatan regulasi yang disarankan adalah gabungan antara nilai-nilai fundamental yang harus dipegang oleh pengembang, pengguna, dan penyedia teknologi AI, serta adopsi vertikal di sektor-sektor spesifik seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan keuangan.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan kerangka kerja yang fleksibel namun tetap berorientasi pada nilai-nilai etis dan keberlanjutan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Dengan langkah ini, Indonesia diharapkan dapat menghadapi tantangan agentive AI sekaligus memanfaatkan peluang yang ditawarkan teknologi ini untuk mendukung kemajuan berbagai sektor.
Berita Trending
- 1 Inter Milan Berpeluang Dekati Puncak Klasemen
- 2 City Incar Kemenangan Keempat Beruntun
- 3 Khofifah Berharap Program Makan Bergizi Gratis Dapat Tingkatkan IQ Anak Indonesia
- 4 Kejati Jateng Usut Dugaan Korupsi Plaza Klaten, Kerugian Negara Capai Rp 10,2 Miliar
- 5 Libur Sekolah Selama Ramadan Jangan Sampai Kontraproduktif