Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Malaka Pernah jadi Pusat Perdagangan Penting Asia-Eropa

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pusat komunitas Eropa diwakili oleh Gereja St Paul, yang dibangun pada tahun 1521. Gereja tersebut kini tinggal reruntuhan, namun pernah menjadi tempat peristirahatan terakhir Santo Fransiskus Xaverius alias Francisco de Javier (1505-1552), seorang misionaris Jesuit Spanyol yang terkenal yang melakukan perjalanan melintasi Asia timur dari tahun 1549. Jenazah orang suci itu dipindahkan ke Goa pada 1553.

Kesuksesan Portugis dalam perdagangan dan membangun kota koloni membuat bangsa Eropa lain cemburu. Antara tahun 1577 dan 1580, orang Inggris, Francis Drake, melakukan perjalanan keliling dunia, termasuk singgah di kepulauan rempah-rempah untuk mengambil muatan cengkeh.

Selanjutnya Belanda tiba di Asia tenggara pada akhir abad ke-16, dan mereka segera mendirikan perusahaan perdagangan yang sangat efisien, Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) yang berbasis di kantor pusat regional mereka di Batavia (Jakarta).

Pada abad ke-18, Inggris sangat ingin menguasai sumber barang dagangan dari Asia tenggara yang mereka butuhkan untuk pasar Tiongkok. British East India Company, setara dengan VOC Belanda, mewakili kepentingan Kerajaan Inggris, dan mengambil alih pulau kecil Penang di ujung lain Selat Malaka pada 1786.

Pada 1819, Inggris mengambil alih Singapura, yang menggantikan Malaka sebagai pusat perdagangan besar di kawasan itu. Pada abad ke-19, ekonomi Malaka terutama didorong oleh aksesnya ke perkebunan karet pedalaman.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top