
Senin, 10 Jul 2023, 09:15 WIB
KLHK Ajak Pesantren Terlibat dalam Pengendalian Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama mitra menanam mangrove sebanyak 30.000 bibit pada lahan 10 hektare di Desa Aek Garut, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Kamis (2/2/2023).
Foto: ANTARA/Kementerian LHKJAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak pesantren untuk ikut terlibat dalam mendukung upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia.
"Pesantren merupakan salah satu pihak yang terlibat aktif dalam penanaman dan rehabilitasi lahan, termasuk kampanye sedekah oksigen," kata Tenaga Ahli Menteri LHK, Lia Istifhama dalam keterangan di Jakarta, Minggu (9/7).
Lia menyoroti peran strategis santri perempuan di dalam aksi iklim. Menurutnya, perempuan secara naluriah cenderung memiliki empati dan kepedulian yang lebih dibanding laki-laki.
Santri perempuan memiliki potensi dan peranan yang strategis tidak hanya melakukan upaya pelestarian lingkungan secara individu, namun juga mampu mengajak teman dan keluarga untuk bertindak secara ekologis.
Pada 6-9 Juli 2023, KLHK menggelar Indonesia Climate Change Expo and Forum (ICCEF) di Surabaya, Jawa Timur.
Pameran itu bertujuan mengedukasi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda untuk menjadi bagian dari solusi melalui berbagai aksi nyata penyelamatan lingkungan, salah satunya mengangkat peran strategis pesantren untuk memitigasi perubahan iklim.
ICCEF 2023 merupakan rangkaian kegiatan menuju agenda internasional 28th Conference of the Parties United Nations Framework Convention on Climate Change (COP28 UNFCCC) tahun 2023 yang akan diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab
Akademisi Universitas Darussalam Gontor, Syahruddin mengungkapkan bahwa terdapat 5 juta santri di seluruh Indonesia yang dididik untuk menjadi khalifah di muka bumi di dalam mengelola alam semesta secara bijak.
"Pesantren mengajarkan para santrinya untuk menjaga bumi di setiap aktivitas sehari-hari seperti menghemat air wudhu, mengolah limbah menjadi kompos, termasuk menanam dan merawat lingkungan," kata Syahruddin.
Sementara itu, Perwakilan Kelompok Muda Nahdlatul Ulama, Adil Satria Putra menuturkan ada berbagai dampak kerusakan lingkungan yang kini dirasakan bukanlah sebuah takdir, melainkan akibat perilaku manusia.
Dia pun mengajak setiap manusia agar lebih peduli terhadap keberlangsungan lingkungan hidup.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Jumadi menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki program sedekah iklim melalui berbagai kegiatan pembagian bibit, gerakan penanaman pohon, hingga rehabilitasi lahan kritis dan pelestarian ekosistem mangrove.
"Semua itu terus dilaksanakan setiap tahun untuk mengantisipasi isu global yaitu perubahan iklim. Pemerintah daerah senantiasa melibatkan berbagai unsur masyarakat termasuk sejumlah pondok pesantren untuk berkolaborasi," kata Jumadi.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pohon berfungsi untuk menyerap karbon dan memberikan oksigen bagi kehidupan. Gerakan rehabilitasi lahan kritis dan ekosistem mangrove melalui Surat Edaran Gubernur Jawa Timur mampu menekan lahan kritis dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
"Sejumlah lahan kritis telah berhasil kita pulihkan melalui berbagai aksi nyata pemerintah dan berbagai elemen masyarakat. Target ke depan terus kami galakkan upaya mitigasi perubahan iklim bersama para pihak untuk terus bersama-sama melestarikan lingkungan," pungkas Jumadi.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Jalur pendakian Gunung Tambora masih ditutup imbas cuaca ekstrem
- 2 Demi Keselamatan, Menhub Tekankan Pentingnya Kesehatan Pengemudi
- 3 Merch-Making Market Sebagai Music Merchandise Expo dengan Beragam Program Menarik
- 4 Manado Banjir, Lantamal VIII Kerahkan Tim Bantu Evakuasi Warga
- 5 Jabar Pasang 400 Titik PJU di Jalur Mudik Garut