
Harga Cabai di NTB Mulai Turun Jadi Rp55 Ribu per Kilogram
Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat (NTB), Baiq Nelly Yuniarti, di konfirmasi wartawan di Kompleks Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram, Kamis (6/3/2025).
Foto: ANTARAMATARAM– Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat memastikan harga cabai rawit yang sempat melambung tinggi hingga mencapai Rp200 ribu per kilogram dalam beberapa hari terakhir di awal Ramadhan 2025 kini sudah berangsur-angsur turun menjadi Rp55 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti, membenarkan harga cabai rawit di sejumlah daerah kabupaten/kota di provinsi itu sudah mulai turun.
"Contoh di Kabupaten Lombok Timur itu sekarang harga cabai sudah turun di angka Rp55 ribu per kilogram," ujarnya di Komplek Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan turunnya harga cabai rawit ini seiring masuknya cabai yang didatangkan dari Pulau Jawa. Mengingat, pasokan cabai rawit di NTB sangat terbatas sehingga untuk menekan harga diperlukan pasokan dari luar daerah, utamanya dari Pulau Jawa.
Namun, berapa jumlah cabai rawit yang masuk, Nelly tidak memiliki angka pastinya karena murni bisnis antara para pengusaha dan pemerintah tidak bisa mengintervensi. Kecuali operasi pasar dari pemerintah baru bisa mengintervensi.
"Harga cabai Rp200 ribu sampai Rp210 ribu itu harga di awal-awal Ramadhan. Kemarin, kami sudah turun di Kota Mataram itu harga cabai sudah turun Rp120 ribu. Lombok Timur sudah Rp55 ribu," terangnya.
"Mudah-mudahan kalau cabai dari Lombok Timur kita bawa ke sini (Kota Mataram, red) harga cabai bisa Rp60 ribu. Begitu juga di Lombok Tengah yang sempat naik Rp200 ribu juga turun nanti setelah pasokan datang dari Jawa," sambung Nelly.
Terkait penyebab naiknya harga cabai rawit ini, Nelly kembali menegaskan karena pasokan dari petani cabai di NTB berkurang, akibat gagal panen.
"Sebetulnya petani kita panen, tetapi hasilnya atau jumlahnya tidak sesuai ekspektasi," katanya.
Sebelumnya Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB mengungkapkan penyebab melambung harga cabai rawit merah menjadi Rp200 ribu per kilogram selama Ramadhan 2025, yakni menurunnya produksi lokal.
"Bunga cabai tidak bisa menjadi buah karena curah hujan tinggi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat mengungkapkan penyebab harga cabai melambung saat ditemui usai rapat pengendalian inflasi di Kantor Gubernur NTB, Selasa (5/3).
Taufieq menuturkan luas panen cabai rawit di Nusa Tenggara Barat pada Januari 2025 mencapai 2.169 hektare dengan angka produksi 34.824 kuintal. Pada Desember 2024, luas panen cabai rawit mencapai mencapai 2.293 hektare dengan jumlah produksi mencapai 95.777 kuintal.
Jumlah produksi cabai rawit yang menurun sebanyak 63,64 persen dalam waktu satu bulan membuat stok cabai di pasaran menipis, sedangkan permintaan konsumen cenderung meningkat terutama saat Ramadhan.
Ia juga mengungkapkan jika konsumsi masyarakat NTB terhadap cabai rawit relatif sedikit, yakni sekitar 200 ton per pekan. Angka konsumsi lokal hanya sekitar 1,5 sampai 2 persen dari total produksi cabai rawit.
"Selain penurunan produksi, ada indikasi cabai dijual keluar daerah yang membuat stok cabai di dalam daerah menjadi terbatas," paparnya.
Berita Trending
- 1 RI-Jepang Perluas Kerja Sama di Bidang “Startup” dan EBT
- 2 Jadwal Liga 1 Indonesia Pekan ke-26: Jamu Persik, Persib Berpeluang Jaga Jarak dari Dewa United
- 3 Bukan Penentu Kelulusan, Mendikdasmen: TKA Pengganti UN Tidak Wajib
- 4 Tiongkok Mengeklaim Telah Menemukan Sumber Energi “Tak Terbatas”
- 5 DPR dan Jampidsus Kejagung Gelar Rapat Bahas Korupsi Pertamina
Berita Terkini
-
DPR RI Setujui Bentuk Pansus RUU Pengelolaan Ruang Udara, Sejauh Ini Pelanggaran di Ruang Udara Nasional Terus Terjadi
-
Pemungutan Suara Ulang Pilkada 2024 saat Ramadan Harus Diimbangi Pengawasan Ketat
-
Koperasi Harus Menjadi Instrumen Demokratisasi Pangan di Desa
-
Jakarta Perlu Memanfaatkan “Pocket Garden”
-
Kemenkeu-Kejaksaan Tinggi Tegakkan Hukum Cukai