Film 'Samsara' Tawarkan Pengalaman Sinematik Tak Biasa
Foto: ANTARA/Hreeloita Dharma ShantiJAKARTA - Film bisu hitam putih berjudul Samsara karya sutradara Garin Nugroho menawarkan pengalaman sinematik yang tidak biasa kepada para penikmat film.
"Dalam Samsara, kami mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live," kata produser Samsara, Gita Fara dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/5).
"Bentuk ini kami harapkan bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa," ia menambahkan.
Gita menuturkan bahwa Samsara mengajak para penikmat film kembali menikmati suasana masa lalu sekaligus mencicipi masa depan dengan perpaduan sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
Samsara menampilkan elemen pertunjukan tradisional Bali seperti gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik serta tari dan topeng kontemporer.
Penggarapan musik pengiring film itu dipimpin oleh Komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn, yang memadukan musik Gamelan Yuganada dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
Vokalis Ican Harem, Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih menambahkan warna pada iringan film.
Pembuatan film juga melibatkan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, Gus Bang Sada, Siko Setyanto, maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, Valentine Payen-Wicaksono, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra Bali.
Sutradara Garin Nugroho menyebut film yang ia buat kali ini menggabungkan unsur film, unsur teater, dan unsur seni tradisi.
"Untuk bermain film bisu itu tidak mudah, karena biasanya dimainkan dalam tradisi Barat rata-rata, bukan dari sisi kita. Makanya, para aktor harus tahu betul konsep dan ketiga unsur seni itu," kata dia.
Aktor Ario Bayu dan penari Juliet Widyasari Burnett berperan dalam film berlatar Bali tahun 1930-an itu, yang bercerita tentang Darta, pria dari keluarga miskin yang lamarannya ditolak oleh orang tua Sinta yang kaya raya.
Penolakan itu membuat Darta membuat perjanjian dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan, tetapi upaya itu justru menimbulkan penderitaan.
Film Samsara ditayangkan dalam festival serta panggung seni dan budaya di dalam maupun luar negeri, termasuk perhelatan Indonesia Bertutur 2024 di Bali pada Agustus 2024.
"Harapan kami, karya ini setelah Esplanade bisa kembali menemui penontonnya, baik di dalam maupun luar negeri," kata Gita merujuk pada penayangan film di pusat pertunjukan seni Esplanade di Singapura. Ant/I-1
Berita Trending
- 1 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 2 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 3 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional
- 4 PLN Rombak Susunan Komisaris dan Direksi, Darmawan Prasodjo Tetap Jabat Direktur Utama
- 5 Sosialisasi dan Edukasi yang Masif, Kunci Menjaring Kaum Marjinal Memiliki Jaminan Perlindungan Sosial
Berita Terkini
- Menekraf Luncurkan Program Baru di Aceh
- Terus Bertambah, Polisi Tetapkan 22 Tersangka pada Kasus Judi Online yang Libatkan Oknum Komdigi
- Timnas MLBB Putri Raih Kemenangan Sempurna Pada Laga Perdana IESF 2024
- Melihat Padatnya Rangkaian Kegiatan Presiden Prabowo di KTT APEC
- Petrokimia Gresik Selangkah Lagi Memastikan Diri Rebut Tiket Grand Final Livoli