Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dari Negara Kesejahteraan, Puisi Esai Hingga Agama Milik Semua, 100 Intelektual Merespon Denny JA

Foto : istimewa

Sebagian buku pemikiran Denny JA yang direspon sejumlah intelektual.

A   A   A   Pengaturan Font

Lebih dari 100 intelektual yang merespon pemikiran Denny JA di bidang politik, agama dan sastra diterbitkan kembali. Hal itu dilakukan menyambut usia ke 60 tahun pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang jatuh pada tanggal 4 Januari 2023. Sejumlah komunitas di lingkaran Denny JA memilih sembilan buku yang merekam polemik pemikiran Denny JA untuk kembali dipublikasi.

Dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (3 Januari 2022), Denny mengaku sangat senang karena pada 60 tahun usianya dirayakan oleh komunitas-komunitas dengan publikasi dunia pemikirannya. Denny sendiri aktif menuangkan gagasan dalam tulisan sejak menjadi aktivis mahasiswa dan penulis pada tahun 1980-an. "Saya memang selalu tersentuh dengan gagasan besar yang menentukan bulat lonjong hidup manusia di dunia politik, agama dan sastra," ujarnya. Ketika ditanya mengenai apa yang menjadi pemikirannya di bidang politik, agama dan sastra, ia memberikan intisari.

"Di bidang politik ekonomi, saya selalu merujuk kepada negara di Skandinavia. Begitu banyak cara mengukur pembangunan yang berhasil, melalui Human Development Index atau World Happiness Index," ujar Denny JA. "Negara di Skandinavia, seperti Norwegia, Denmark dan Swedia selalu unggul membuat warga negaranya lebih bahagia dan hidup berkualitas," sambungnya. Hal itu karena mereka mengembangkan sistem negara kesejahteraan yang mengkombinasikan kemakmuran, kebebasan dan peran pemerintah yang besar untuk menyediakan program kesejahteraan bagi rakyat kecil.

Ujar Denny JA, penting bagi Indonesia menentukan arah sistem ekonomi politiknya sendiri. Denny JA merekomendasikan, negara Indonesia dengan Pancasila perlu diarahkan menuju Negara Kesejahteraan ala Indonesia, yang merupakan modifikasi dari Negara Kesejahteraan ala Skandinavia. Sementara itu di bidang agama, Denny, ia dianggap membawa pendekatan baru studi agama di Indonesia melalui pendekatakan kuantitatif. Sehingga ada ukuran untuk membandingkan kehidupan agama dan kemajuan masyarakat. "Data menujukkan semakin miskin sebuah negara semakin agama dianggap penting. Semakin kaya sebuah negara semakin agama tak lagi menjadi rujukan kebijakan publik," jelasnya.

Denny mengkritik dua tendensi ekstrem dunia agama, yakni pendekatan tekstual yang menjadikan agama sejenis kontitusi ruang publik dan pendekatan yang sama sekali mengabaikan harta kartun agama. Menurut Denny, sudah saatnya agama didekati sebagai kekayaan kultural milik bersama. "Tak semua agama kita yakini tentu saja. Tapi agama yang tak kita yakini dapat diperlakukan sebagaimana layaknya kita menghayati sastra," jelasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : M. Fachri
Penulis : Wahyu AP

Komentar

Komentar
()

Top