Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

BRIN Dorong Varietas Baru Perkebunan Dongkrak Nilai Ekspor

Foto : Istimewa

Sidang pelepasan varietas tanaman perkebunan semester II tahun 2023. Pada kesempatan tersebut, BRIN meluncurkan empat varietas baru kakao, tembakau, dan pinang wangi yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekspor komoditas perkebunan.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong lahirnya varietas baru perkebunan demi mendongkrak nilai ekspor. Terbaru, BRINmelalui Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan beserta mitra berhasil melepas empat varietas unggul baru perkebunan, yaitu varietas Pinang Wangi Sikucua, varietas Tembakau Kemloko 7 dan Kemloko 8 serta varietas Kakao BB1.

"Dengan bertambahnya jumlah varietas baru akan berkontribusi pada peningkatan nilai ekspor komoditas perkebunan,"ujarKepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN, Dwinita Wikan Utami, dalam keterangannya, Minggu (5/10).

Dia mengatakan, terdapat sejumlah keunggulan dari varietas pinang, tembakau dan kakao yang perlu untuk diketahui. Pinang Wangi Sikucua adalah pinang yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.

Keunggulan Pinang Wangi ini memiliki jumlah tandan yang lebih banyak, yaitu 6.14 buah pertahun dibandingkan varietas pinang yang telah dirilis sebelumnya. Tak hanya itu, varietas baru pinang ini memiliki wangi pandan pada daging buah, kulit buah, mayang bunga, daun, batang dan akarnya.

"Potensi benihnya dari 650 PIT sebanyak 369.407 butir per tahun. Jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan benih untuk pengembangan atau peremajaan seluas 256,76 hektar per tahun," jelasnya.

Untuk varietas Tembakau Kemloko 7 dan Kemloko 8, kata Dwi, juga memiliki keunggulan tersendiri. Tembakau Temanggung ini merupakan tembakau aromatis yang digunakan sebagai bahan baku utama rokok kretek.

Keunggulan varietas baru tembakau ini diyakini lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum)dan cendawan (P. nicotianae), serta moderat tahan terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp). "Tentunya hal ini menjadi keunggulan tersendiri dibanding tembakau dari daerah lain," tambahnya.

Dia mengungkapkan, untuk varietas Kakao BB1 (Buntu Batu 1) yang ditanam oleh petani Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan memiliki keunggulan dapat menghasilkan nilai buah yang lebih tinggi. Analisis finansial usaha tani kakao klon BB1 menunjukkan tingkat kelayakan yang tinggi.

Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas klon BB1 yang tinggi dengan rata-rata produksi lebih dari 2 kg - 3.5 kg biji kering per pohon dari umur 4 sampai 25 tahun. Sebagai upaya untuk mempercepat pengembangan kakao BB1, saat ini telah di bangun kebun entres kakao.

"Lokasinya di Stasiun Riset Kakao desa Tarengge Kecamatan Wottu Luwu seluas 0,5 ha dengan populasi 1.000 pohon dan di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara," ungkapnya.

Dwi menekankan, kakao, tembakau dan pinang wangi masih menjadi andalan bagi pendapatan nasional dan berpotensi mendulang devisa negara. Dengan demikian, riset, inovasi, dan kolaborasi melibatkan berbagai mitra masih sangat diperlukan.

"Ini untuk peningkatkan produktivitas tanaman perkebunan yang nantinya akan mendongkrak nilai ekspor komoditas perkebunan," tandasnya. ruf


Redaktur : andes
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top