Quad Perkuat Pasokan Mineral Kritis dengan Inisiatif Baru
KORAN-JAKARTA.COM | Kamis, 03 Jul 2025, 01:00 WIBWashington - Para Menteri Luar Negeri negara-negara Quad (Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan India) hari ini meluncurkan sebuah inisiatif penting terkait mineral kritis. Langkah ini diambil untuk memperkuat rantai pasok global dan mengurangi ketergantungan pada satu atau dua sumber pasokan, terutama di tengah meningkatnya permintaan akan material vital untuk teknologi hijau dan industri strategis.
Inisiatif Mineral-Mineral Kriris Quad, yang diluncurkan setelah pertemuan yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di Washington, bertujuan untuk "memperkuat keamanan ekonomi dan ketahanan kolektif dengan mengamankan dan mendiversifikasi rantai pasokan mineral kritis," kata Departemen Luar Negeri AS dalam rangkuman pertemuan tersebut.

Ket. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio
Seperti dikutip dari Antara, inisiatif tersebut mendorong kerja sama dalam eksplorasi, penambangan, pemrosesan, dan daur ulang mineral penting seperti litium, kobalt, nikel, dan rare earth elements. Mineral-mineral ini sangat vital untuk produksi baterai kendaraan listrik, turbin angin, panel surya, hingga berbagai perangkat elektronik.
Rubio bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, dan Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya sebagai bagian dari Pertemuan Menteri Luar Negeri Quad terbaru.
Mereka menegaskan kembali "komitmen teguh mereka untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka" dan berjanji untuk bekerja sama guna memastikan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan tersebut, menurut pernyataan tersebut.
Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan tersebut, negara-negara tersebut menyatakan keprihatinan atas situasi di Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan.
Anda mungkin tertarik:
"Kami menyampaikan kekhawatiran serius kami mengenai tindakan berbahaya dan provokatif, termasuk campur tangan terhadap pengembangan sumber daya lepas pantai, penghalangan berulang terhadap kebebasan navigasi dan penerbangan," kata mereka dalam pernyataan tersebut.
"Serta manuver berbahaya oleh pesawat militer dan kapal penjaga pantai dan milisi maritim, khususnya penggunaan meriam air yang tidak aman dan tindakan menabrak atau memblokir di Laut Tiongkok Selatan," tambah pernyataan itu.
Tren Saat Ini
Realtime






