
Rupiah Makin Terpuruk, Pelemahan 0,93 Persen Sepekan Terakhir Kalahkan Periode Sebelumnya
Ilustrasi - Mata uang dolar AS dan rupiah.
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal LinggaJAKARTA - Kinerja rupiah cenderung melemah sepekan terakhir. Sentimen penggeraknya didominasi dari global, terutama risiko perang dagang dan tensi geopolitik.
Gonjang-ganjing di tingkat global membuat investor melepas aset berisiko alias aksi risk off dan beralih ke aset safe haven. Alhasil, capital outflow dari pasar keuangan di Tanah Air cukup deras.
Selama 17-21 Maret 2025, kurs rupiah terhadap dollar AS melemah 152 poin atau 0,93 persen menjadi Rp16.502 per dolar AS dari akhir pekan sebelumnya Rp16.350/ dolar AS.
Bahkan, pelemahan tersebut lebih besar dibandingkan catatan pada pekan sebelumnya, yakni 10-14 Maret lalu ketika rupiah melemah 0,31 persen.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan, Jumat (21/3), di Jakarta melemah sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.502 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.485 per dolar AS.
Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi.
“Dolar pulih dari kerugian pasca-Fed karena pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama tahun ini, bahkan ketika mempertahankan proyeksi pemotongan 50 basis points (bps) pada tahun 2025. Pasar terlihat memperkirakan lebih sedikit peluang suku bunga turun dalam waktu dekat, terutama karena Fed tidak mengubah suku bunga minggu ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/3).
Salah satu pertimbangan The Fed melakukan pemotongan suku bunga ialah data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan ketahanan di pasar tenaga kerja, yakni 223 ribu dari sebelumnya 221 ribu.
Sebagian besar para investor disebut mengabaikan seruan berulang Presiden AS Donald Trump agar The Fed memangkas suku bunga.
“Bank sentral tidak mengisyaratkan niat seperti itu selama pertemuannya baru-baru ini, menandai meningkatnya ketidakpastian atas ekonomi, tarif Trump, dan lintasan inflasi. Fed juga menaikkan perkiraan inflasi 2025 dan memangkas prospek pertumbuhannya,” ujar Ibrahim.
Berita Trending
- 1 Kemnaker Sediakan 229 Bus Mudik Gratis
- 2 Pemkot Kediri Lakukan Cek Angkutan Umum
- 3 Gubernur DKI Jakarta Serahkan KJP Plus Tahap I 2025 dan Gratiskan Akses TMII
- 4 Pemerintah Kota Kediri Melakukan Pengecekan terhadap Angkutan Umum agar Aman
- 5 Pemkab Bogor: Bazar Pangan Murah Kadin Sukses Stabilkan Harga
Berita Terkini
-
Film Qodrat 2 Segera Tayang Lebaran 2025, Dibintangi Vino G Bastian dan Acha Septriasa
-
BPJS Kesehatan Siapkan Antisipasi Lonjakan Pasien Setelah Lebaran
-
Dedi Mulyadi Targetkan Tahun 2025 Jabar Bebas Premanisme
-
16 Penerbangan Dibatalkan akibat Erupsi di Bandara Ngurah Rai
-
Bocah yang Tenggelam di Pantai Titian Mutiara Berhasil Ditemukan