Penelitian mengenai migrasi manusia purba selalu menjadi topik menarik di dunia arkeologi. Teori umum yang dikenal sebagai Out of Africa menyebutkan bahwa dari sana, mereka mulai bermigrasi ke berbagai penjuru dunia, termasuk wilayah Asia Tenggara dan Nusantara, yang kini dikenal sebagai Indonesia.
Bukti arkeologis memperkirakan manusia modern meninggalkan Afrika sekitar 60 ribu tahun yang lalu. Mereka melakukan perjalanan panjang dan penuh tantangan, melewati wilayah Timur Tengah, India, hingga akhirnya mencapai Asia Tenggara.
Wilayah Indonesia, yang pada masa purba terdiri dari daratan luas yang menghubungkan pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan (disebut Paparan Sunda), menjadi salah satu jalur penting dalam migrasi ini.
Penemuan terbaru di Elivavan, Pulau Fordata, Kepulauan Tanimbar, Maluku, menambah bagian penting dari teka-teki ini. Dengan penanggalan sekitar 42 ribu tahun yang lalu, Elivavan menjadi salah satu situs tertua di Wallacea, dan mengindikasikan proses diaspora yang singkat di sepanjang sisi selatan Wallacea.
Alat-alat batu zaman purba yang ditemukan di Tanimbar memberikan bukti sekaligus menguatkan pandangan bahwa manusia purba yang tiba di Nusantara tidak hanya melalui satu jalur migrasi, melainkan memanfaatkan berbagai rute yang berbeda, baik daratan maupun laut.
Ini menantang asumsi lama bahwa migrasi manusia purba ke Nusantara hanya melalui jalur daratan. Bukti ini juga memperkuat teori bahwa manusia purba yang mencapai wilayah Indonesia memiliki keterampilan navigasi laut yang cukup canggih, memungkinkan mereka menyeberangi lautan dan menyebar ke pulau-pulau terpencil.
Melalui temuan ini, kita semakin menyadari betapa luas dan kompleksnya jalur migrasi manusia purba. Indonesia, dengan kekayaan arkeologisnya, terus menjadi wilayah kunci dalam penelitian mengenai sejarah migrasi manusia dan perkembangan peradaban di wilayah Asia Tenggara.
Dalam Research Findings episode kali ini, kami berbincang dengan Hendri Kaharudin, Arkeolog dari Australian National University.
Menurut Hendri, temuan ini penting karena cukup tua untuk area Wallacea. Selain itu, ditemukannya Makropod di kepulauan Tanimbar menjadi salah satu bukti translokasi inter-island translocation tertua di dunia.
Ia menambahkan, Indonesia sebenarnya sangat kaya dan memiliki potensi yang besar untuk diteliti lebih jauh, kita punya homo erectus, homo floresiensis dan lukisan batu tertua di dunia.
Hendri juga menuturkan bahwa proses penyebrangan manusia purba dari Sunda ke Sahul ini menjadi salah satu justifikasi kalau identitas kita adalah bangsa pelaut.
Tonton video lengkapnya di sini:
Rino Putama, Multimedia Producer, The Conversation
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.