Krisis Energi Makin Bebani Negara-negara Eropa
Terminal gas Fluxys di Pelabuhan Zeebrugge, Belgia.
BRUSSEL - Krisis energi makin membebani negara-negara Eropa. Tagihan negara-negara Eropa untuk melindungi rumah tangga dan perusahaan-perusahaan dari melonjaknya biaya energi naik menjadi hampir 800 miliar euro. Demikian kata para peneliti pada Senin (13/2) atau Selasa (14/2) WIB, mendesak mereka lebih terukur dalam pengeluaran untuk mengatasi krisis energi.
Negara-negara Uni Eropa kini telah menyediakan atau mengalokasikan 681 miliar euro dalam pengeluaran krisis energi, sementara Inggris mengalokasikan 103 miliar euro dan Norwegia 8,1 miliar euro sejak September 2021, menurut analisis lembaga think-tank Bruegel.
Total 792 miliar euro dibandingkan dengan 706 miliar euro dalam penilaian terakhir Bruegel pada November, karena negara-negara terus melewati musim dingin untuk menghadapi dampak dari Russia yang menghentikan sebagian besar pengiriman gasnya ke Eropa pada 2022.
Jerman menduduki puncak grafik pengeluaran, mengalokasikan hampir 270 miliar euro - jumlah yang melampaui semua negara lain. Inggris, Italia, dan Prancis adalah yang tertinggi berikutnya, meskipun masing-masing menghabiskan kurang dari 150 miliar euro. Sebagian besar negara UE menghabiskan sebagian kecil dari itu.
Berdasarkan data per kapita, Luksemburg, Denmark, dan Jerman adalah pembelanja terbesar. Pengeluaran yang dialokasikan oleh negara-negara untuk krisis energi sekarang berada di liga yang sama dengan dana pemulihan Covid-19 UE sebesar 750 miliar euro. Disetujui pada tahun 2020, Brussels mengambil utang bersama dan menyebarkannya ke 27 negara anggota blok itu untuk mengatasi pandemi.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Redaktur Pelaksana
Komentar
()Muat lainnya