Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 22 Jan 2025, 11:30 WIB

Keluarnya AS dari WHO dan Paris Agreement, Ganggu Penanganan Kesehatan Global dan Upaya Atasi Perubahan Iklim

Profesor Ekonomi Bisnis dari Universitas Atma Jaya Jakarta, Rosdiana Sijabat mengatakan, beberapa pernyataan Presiden AS, Donald Trump memang untuk menarik perhatian pasar, agar dunia kembali berpusat ke AS

Foto: istimewa

JAKARTA-Profesor Ekonomi Bisnis dari Univeritas Atma Jaya Jakarta, Rosdiana Sijabat mengatakan, apabila AS benar benar keluar dari organisasi kesehatan dunia (WHO) dan keluar kesepakatan Paris akan menggangu penanganan kesehatan global dan langkah mengatasi perubahan iklim.

Terlepas dari apakah dua pernyataan Trump ini benar benar terealisasi yakni keluar dari perjanjian Paris dan WHO, sebenarnya rencana keluar dari WHO ini sudah pernah disampaikan Trump pada tahun 2020.

Waktu itu dia katakan ada sesuatu yang tidak benar mengenai pandemi Covid-19 di mana dipandang Trump WHO ini tidak benar benar menyampaikan informasi yang akurat. Tetapi terlepas dari itu, kalau misalkan AS benar benar keluar dari WHO maka ini sebenarnya akan mengganggu komitmen global dalam penanganan berbagai tata kelola kesehatan global menengai penyakit penyakit serius yang ditangani oleh WHO. 

"Dan ini semua tentunya tergantung dari pendanaan. Kita tahu bahwa berbagai program WHO itu sangat berkaitan dengan penanganan HIV dan AIDS kemudian kondisi kondisi kesehatan darurat di berbagai negara. Kemudian berbagai penanganan turbekolosis di berbagai negara di dunia dan ini permasalahan besar dan sangat serius,"ucap Rosdiana pada Koran Jakarta, Rabu (22/1)

Posisi AS ujarnya sangat strategis karena negara tersebut donatur nomor satu untuk pendanaan program prgram WHO. Jadi, sekitar 18 persen dana WHO itu disumbang oleh AS. Oleh karena itu kalau benar benar AS menarik diri dan menjadi musuh publik karena tega. "Ini membawa ancaman serius untuk program penanganan kesehatan global terutama dalam hal penyediaan vaksin, pemberantasan polio di berbagai negara dan lain lain,"ucap Rosdiana.

Memang banyak donatur lain sepeti Bil Gates banyak menyumbang melalui yayasannnya, begitu juga negara negara lain, tetapi AS masih yang paling utama. Kedua rencana Trump untuk menarik diri dari perjanjian Paris 2015 juga menjadi sebuah kemunduran dalam menata bagaimana setiap negara mengantisipasi dampak dari perubahan iklim. "Tentu ini sangat urgent mengingat dampak negatif dari perubahan iklim yang kian nyata,"paparnya.

Perjanjian Paris 2015 inikan disepakati oleh 195 negara ditambah negara negara di Uni Eropa dan oleh karena itu jika AS benar benar keluar akan memberi dampak buruk bagi keberlangsungan kesepakatan ini. Padahal kita tahu AS ini merupakan penghasil polusi karbon yang tertinggi di dunia dan perjanjian Paris itu bentuk komitmen negara bahwa masing masing negara akan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca termasuk Indonesia juga kita memiliki komitmen tertentu berapa persen kita akan menengurangi emisi gas rumah kaca secara sukarela atau dengan bantuan oleh negara negara lain. 

"Jadi, kalau AS harus keluar dari perjanjian paris ini maka bentuk bentuk komitmen komitmen masalah global yang sangat signifikan. Kita melihat ini bentuk arogansi karena bagaimanapun climate change itu adalah dampak yang dirasakan oleh semua negara secara global. Tetapi kalau dilihat style dari Trump bisa jadi ini pemikiran serius darinya, tetapi tentu dia tetap juga memperhatikan persahabatannya dengan pemimpin pemimpin negara di dunia,"papar Rosdiana

 Mungkin ini juga hanya selebrasi pada saat pelantikan lalu menyampaikan. Memang dari kebijakan ekonomi saja, Trump memang Presiden bersifat proteksionisme, proteksionisnya itu to make America great again dan to America first. "Itu adalah motonya. Jadi, apa apa itu mengutamakan kepentingan AS,"ujarnya

 Secara ekonomi juga kita akan antisipasi bahwa akan terjadi kenaikan beberapa tarif impor untuk negara negara. Ini semua tujuannya untuk melindungi AS dan membuat AS great kembali, adidaya kembali dengan kebijakan fiskalnya. Mungkin juga ia akan melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif, menaikan belanja pemerintah kemungkinan melakukan penurunan pajak korporasi. 

Ini semua tujuannya untuk membuat kekuatan fiskal yang cukup solid untuk membiayai pembangunan pembangunan di tahun tahun awal kepemimpinan Trump. Dari sisi moneter juga dari sisi obligasi AS, imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk jangka panjang juga meningkat tingkat suku bunganya. Imbal hasil obligasi yang 10 tahun itu naik. 

Ini membuat dollar AS semakin menguat, dan kita tak bisa menafikan bahwa masih sekitar 50 persen transaksi di dunia masih menggunakan dollar AS. Sehingga kalau Trump mengatakan hal hal yang masih strategis karena memang untuk saat ini Trump ingin menunjukan upaya dia untuk membangun kepercayaan diri lagi di awal pemerintahan, sehingga market merespon dengan sangat hati hati seperti apa arah kebijakan Trump ke depan baik ekonomi maupun politik sehingga AS menjadi negara yang selalu diperhitungkan kembali

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.