Belanja Daring dengan Layar Interaktif
Pembayaran belanja di kedua gerai dengan layar interaktif ini dapat dilakukan melalui kasir, meskipun tersedia pilihan pembayaran lain.

Ket.
Doc: istimewa
Masih banyak dari masyarakat yang belum melakukan belanja online karena beberapa kendala pada pembayaran. Metode belanja offline to online dengan layar interaktif diharapkan menjadi solusinya.
Meskipun sebagian orang belanja daring sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, nyatanya masih banyak yang belum pernah berbelanja secara online.
Menurut riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dari 95,8 juta pengguna internet hanya sebesar 56 psern yang pernah berbelanja daring.
Dari mereka yang belum pernah berbelanja daring sebanyak 18, 8 persen beralasan karena mereka lebih suka membeli langsung dan barang langsung sampai di tangan. Selain itu sebanyak 12,2 persen pengguna mengaku belum bisa menggunakan aplikasi e-dagang. Sebesar 9,5 persen dari yang belum pernah berbelanja daring merasa khawatir barang tidak sampai.
Sebesar 9 persen pengguna beralasan belanja daring rumit karena harus transfer, padahal mereka tidak memiliki rekening bank.
Masih banyaknya mereka yang belum belanja daring menjadi potensi tersendiri bagi bisnis retail. Grup Alfamart dan Alfamidi berkolaborasi dengan perusahaan teknologi Dav menawarkan pengalaman belanja daring di kedua toko retail, tanpa perlu pusing dengan masalah pembayaran.
Anda mungkin tertarik:
Pembayaran belanja di kedua gerai dengan layar interaktif ini dapat dilakukan melalui kasir, meskipun tersedia pilihan pembayaran lain. Bersama Alfamart dan Alfamidi, Dav menyediakan teknologi Dav 2.0 sebuah layar dengan gabungan kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI), realitas tertambah (augmented reality/AR), dan internet untuk segala (internet of things/IoT).
Hertha Joyce Agustine sebagai GM DAV menjelaskan, "Perangkat terbaru dan baru pertam adi Indonesia kami proyeksikan mampu untuk membuat brand berinteraksi, memberikan pengalaman dan mengedukasi konsumen dan juga mengukur performa brand secara lebih efektif dan efisien," ujar dia di Jakarta.
Dengan teknologi AR pengguna dapat merasakan pengaman merasakan tampilan wajah mereka di layar dalam format unik dan lucu, dengan membawa kemasan produk tertentu yang telah dilengkapi dengan keampuan AR. Interaksi dengan layar interaktif ini akan ditangkap oleh AI untuk dilakukan profiling pelanggan seperti umur, jenis kelamin, dan perilaku dalam berbelanja, berdasarkan foto dan apa yang dibeli.
Agar konsumen Alfamidi dan Alfamart mau berinteraksi dengan layar Dav 2.0, mereka diberikan iming-iming seperti potongan harga atau beli satu gratis satu.
Dengan demikian maka mereka terangsang untuk menggunakan layar untuk berbelanja produk-produk yang memang tidak tersedia di tempat, namun akan dikirim ke rumah pelanggan. Produk yang ditawarkan seperti penanak nasi, setrika, tumbler, panci, piring besar, dan lainnya.
Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Hans Prawira, mengatakan solusi Dav 2.0 di toko retail Alfamart dan Alfamidi, ditujukan bagi masyarakat unbanking yaitu mereka yang belum memiliki rekening bank untuk transaksi. "Target kami memang offline to online yaitu masyarakat masyarakat unbanking," ujar dia.
Melalui layar dengan teknologi AR pengunjung juga bisa mengenali produk, dengan melihat ulasan (review) yang tersedia. Selanjutnya setelah tertaik kemudian dapat dilakukan traksaksi dengan mendaftar dengan memasukkan nama, surel atau nomor ponsel, melakukan jenis pembayaran dengan pilihan berupa bank, uang elektronik semacam Go Pay.
Jika memilih pembayaran di kasir langsung, pengguna akan mendapatkan struk QR code, untuk dilakukan transaksi.
Hans mengungkapkan, sampai akhir tahun ini layar Dav 2.0 akan tersedia di 750 Alfamart dan 10 Alfamidi. Selanjutnya akan ditambah menjadi 10.000 buah di toko Alfamart dan 500 toko Alfamidi pada 2020 mendatang.
Solusi belanja online ala Dav 2.0 diharapkan menjadi solusi bagi para produsen dan pemilik merek untuk dapat mengenali konsumen lebih baik. "Serta dapat menjadi salah satu inovasi yang efektif dalam memajukan perkembangan ekonomi digital Indonesia yang siap bersaing di pasar global," kata Hertha.
Ia mengungkapkan, sebelum tersedia di gerai Alfamart dan Alfamidi, layar Dav 2.0 telah dipakai oleh perusahaan Electronic City, Apotik Kimia Farma, dan komnunitas muslim di bawah Nahdlatul Ulama, Awadah Group.
Hertha mengatakan, layar semacam Dav 2.0 akan menjadi tren di masa mendatang. Menurut International Data Corporation (IDC) anggaran teknologi informasi ritel akan tumbuh 17 persen per tahun hingga 2021. Ini menjadikan sektor ritel merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat untuk belanja teknologi di Indonesia.
"IDC memperkirakan sektor ritel akan memprioritaskan transformasi digital untuk meningkatkan business operations, customer engagement dan pemahaman yang lebih baik tentang referensi berbelanja konsumen," kata Hertha. hay/E-6