Koran-jakarta.com || Kamis, 06 Feb 2020, 01:00 WIB

Smart City Masih Sebatas Jargon

Ternyata kota pintar atau smart city hanya sebatas kata manis saat jelang pilkada. Dari 514 Kabupaten/ Kota di Indonesia masih sedikit yang menerapkan smart city dalam mendukung layanan berkualitas kepada masyarakatnya.

Smart City Masih Sebatas Jargon

Ket.

Doc: istimewa Smart City Masih Sebatas Jargon

"Smart City itu hanya jargon saat kampanye saja. Pas Pilkada mereka membuat branding lewat smart city tapi setelah itu mereka lupa," General Manager Marketing Lintasarta Bayu Adi Pramono di Jakarta, barubaru ini. Ade mengatakan pihaknya sangat sulit merayu pemda untuk mengimplementasikan smart city.

Meski menjadi perusahaan yang paling gencar dalam mengenalkan solusi end to end-nya ke pemerintah derah, namun sampai saat ini Lintasarta baru memiliki pelanggan sebanyak 22 kabupten/ kota, seperti Kabupaten Badung, Kabupaten Langkat, Kota batu, dan lainnya.

Padahal, menurut Ade, smart city mampu mengitegrasikan nilai dari tiga aspek yaitu masyarakat, pemerintah, dan teknologi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Banyak pemda belum siap dari sisi infrastruktur di samping keinginan dari pemimpin daerah yang masih kurang dalam melakukan tranformasi digital melalui smart city. Selain itu banyak data pemba masih berupa berupa tumpukan kertas belum atau belum terdigitalisasi.

Bukan hanya itu umumnya data antar dinas masih terpisa-pisah alias belum menyatu. Menurut Bayu, transformasi digital untuk menuju smart city sangat ditentukan pada kondisi kota terkait.

Dengan master plan yang sudah ditetapkan, pembangunan transformasi digital bisa dilakukan secara bertahap secara multiyears. Dengan permasalahan yang berbeda di tiap daerah, masterplan juga tentu berbeda.

Lintasart berusaha memahami kebutuhan pemda dalam mengembangkan peta jalan (roadmap). Peta jalan itu dibuat berdasarkan potensi daerah apakah kuat di bidang pariwisata, perkebunan, perikanan, pertambangan, tata kelola pemerintahan, atau lainnya.

Lebih jauh Bayu menuturkan, pada prinsipnya Lintasarta menyediakan solusi yang lengkap dan bisa bertahap, mulai dari perancangan, masterplan kota, pembangunan infrastruktur teknologi, solusi berbasis aplikasi, hingga pendampingan sosialisasi ke masyarakat.

Tidak hanya infrastruktur teknologi dan aplikasi, Lintasarta juha memberikan pendampingan secara komplit dengan 6 tahapan, yaitu: masterplan, infrastruktur IT, jasa integrasi data, aplikasi, pendampingan change management, dan sosialisasi ke masyarakat dan didukung dengan pelayanan professional yang baik.

"Dengan tahapan tersebut, implementasi Smart City di daerah tersebut dapat berjalan dengan lebih optimal," kata Bayu. General Manager Corporate Secretary Lintasarta Ade Kurniawan, mengatakan salah satu solusi yang ditawarkan kepada pemda adalah integrasi data, dan aplikasi Skota.

"Integrasi data berupa layanan Smart City Platform dan Intelligent Command Center," ujar dia. Intelligent Command Center (ICC) dimana di dalamnya terkumpul banyak data dari dinas-dinas terkait. Dengan ICC maka semua data dapat diketahui, misalnya kondisi banjir dapat dikehatui dengan segera dan dilakukan upaya penanggulangannya.

Sementara Skota merupakan solusi untuk pelayanan publik berupa aplikasi yang bisa digunakan oleh masyakarat luas, guna mengetahui dan meningkatkan indeks kepuasan masyarakat serta membantu meingkatkan kontribusi dalam pembangunan.

Senior Advisor Strategic Business Development Lintasarta Yosi Widiyanti menjelaskan, "Skota merupakan sistem informasi untuk kota, kabupaten, dan provinsi. Implementasinya mulai dari monitoring, command center, sampai aplikasi untuk petugas dan warga," ujar dia.

Skota mendapatkan informasi dari media sosial portal berita online untuk mengetahui sentiman masyarakat secara cepat, terkait dengan isu terhangat secara cepat, dan mengetahui tokoh yang banyak dibicaraklan mengenaui isu tersebut. hay/S-2

Tim Redaksi:
S

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait