![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Urai sampah Menggunakan Magot Menghemat Triliunan Rupiah
Pekerja merawat Lalat Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam untuk budi daya maggot di TPA Tlekung, Junrejo, Batu, Jawa Timur, Kamis (2/2).
Foto: ANTARA/Muhammad MadaJAKARTA - Kegiatan menguraikan sampah organik menggunakan magot lalat tentara hitam bisa menghemat anggaran penanganan dan pengelolaan sampah hingga triliun rupiah.
Kepala Asosiasi Black Soldier Fly Indonesia Agus Pakpahan mengatakan pemanfaatan magot membuat sampah organik dari rumah tangga tidak perlu lagi dibawa ke tempat pemrosesan akhir, karena sampah sisa makanan bisa selesai pada tingkat akar rumput.
"Kita bisa hemat triliunan rupiah dari hanya membuang sampah," ujarnya dalam tayangan Pojok Iklim Kementerian LHK yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Tak hanya itu, satu unit rumah magot yang digunakan untuk mengurai satu ton sampah organik juga dapat menghasilkan satu kuintal magot untuk pakan ternak.
Agus menuturkan bila ribuan desa di Indonesia ditambah mal dan pabrik memanfaatkan magot untuk penanganan sampah organik, hal itu bisa menjadi sumber daya.
Sementara itu, Penasehat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Soeryo Adiwibowo memandang bahwa lalat tentara hitam secara tidak langsung mengajarkan kepada manusia untuk melakukan gerakan memilah sampah.
Syarat utama efektivitas magot lalat tentara hitam adalah sampah organik 100 persen, karena jika sampah organik itu bercampur dengan sampah anorganik, efektivitasnya akan rendah.
Lalat tentara hitam atau black soldier flyadalah lalat yang bersih, karena tidak memakan apapun dan hanya minum selama fase hidupnya yang berlangsung sekitar tujuh hari. Seekor lalat tentara hitam betina dapat menghasilkan 500 sampai 900 telur.
Telur itu kemudian menetas menjadi larva atau sering dikenal magot. Larva lalat tentara hitam sangat rakus selama masa pertumbuhan karena bisa menghabiskan makan sebanyak dua kali dari masa tubuhnya
Pada 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat angka timbulan sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton per tahun dengan komposisi terbesar bersumber dari sampah organik sisa makanan sebesar 41,27 persen dan kurang lebih ada 38,20 persen bersumber dari rumah tangga.
Pemerintah terus mendorong masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah organik secara bertahap melalui pengelolaan mandiri pada tingkat rumah tangga, di antaranya melalui pemanfaatan magot lalat tentara hitam untuk mengurai sampah dan gerakan membuat pupuk kompos.
Redaktur: -
Penulis: Alfred, Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 2 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 3 Cap Go Meh representasi nilai kebudayaan yang beragam di Bengkayang
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Mantan Kadisbudpar Cianjur benarkan diperiksa Polda Jabar soal Cibodas
Berita Terkini
-
Gedung Putih: Guru AS yang Ditahan di Russia Dibebaskan
-
Badan Hukum Filipina Minta Wapres Duterte Dituntut Secara Pidana
-
Kepala Daerah Terpilih Harus Penuhi Janji Politik, meski Ada Efisiensi Anggaran
-
KPU dan Bawaslu RI Efisiensikan Anggaran hingga 40 Persen
-
MA Usul RUU KUHAP Atur Persingkat Sidang Perkara untuk Pidana di Bawah 7 Tahun