Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kondisi Perekonomian I Jika Tidak Punya Industri Nasional, Mustahil Lakukan Diversifikasi

Pemimpin Bersikap "EGP" Tidak Peduli dengan Masa Depan Negara

Foto : ANTARA/ARIF FIRMANSYAH

PENYALURAN BANSOS TIDAK BISA TERUS MENERUS I Penyaluran bantuan sosial (Bansos) cadangan beras pemerintah di Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, belum lama ini. Bansos tidak bisa dilakukan terus menerus karena tidak produktif. Lebih baik dana APBN itu digunakan untuk membangun pertanian dan memajukan sektor riil dan UMKM, yang dananya akan balik ke negara dalam bentuk pajak dan devisa bila produknya di-ekspor.

A   A   A   Pengaturan Font

"Apalagi Bank Indonesia (BI) tidak mau menaikkan suku bunga acuan BI7days Reverse Repo Rate hanya demi melindungi temannya. Kalau kita tidak memperkuat fundamental fiskal dan treasury dan trade defisit, bagaimana mempertahankan nilai rupiah?" katanya.

Kalau pengembangan teknologi dan modal sektor riil yang dikembangkan berbasis impor, kalau nilainya naik dalam rupiah, maka akan memicu inflasi. "Inflasi kan jelas meningkatkan jumlah kemiskinan. Kemampuan rakyat yang sudah lemah semakin lemah. Jangan lihat kaitan orang perang di ujung sana? Kalau kita badannya tidak sehat, jangan salahkan orang lain di tempat jauh," urainya.

Kalau hal yang fundamental yaitu energi dan pangan terus diabaikan maka pemerintah akan terus berutang di atas utang, lalu BI terus mencetak duit. Akibatnya defisit APBN, defisit neraca perdagangan, dan defisit transaksi berjalan akan melebar. Berapa lama rupiah bisa bertahan..

Sektor riil juga tidak bisa bersaing, bahkan untuk industri dasar yang rendah teknologi sekalipun. "Bagaimana mau bicara industri yang teknologi canggih. Bagaimana impor substitusi kalau barang impor lebih murah. Bagaimana bisa bertahan kalau impor pangan kita tidak pernah turun, impor jagung, tepung terigu, meningkat terus. Mau makan saja tergantung negara lain," kata Aditya.

Menurutnya, utang negara sudah mendekati 8.000 triliun rupiah, tapi masih ada saja pengusaha yang memperoleh marjin di atas 100 persen, tapi utangnya tidak bayar, maka sangat tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa sembuh hanya dengan kebijakan moneter dan fiskal.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top