Pemimpin Bersikap "EGP" Tidak Peduli dengan Masa Depan Negara
PENYALURAN BANSOS TIDAK BISA TERUS MENERUS I Penyaluran bantuan sosial (Bansos) cadangan beras pemerintah di Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, belum lama ini. Bansos tidak bisa dilakukan terus menerus karena tidak produktif. Lebih baik dana APBN itu digunakan untuk membangun pertanian dan memajukan sektor riil dan UMKM, yang dananya akan balik ke negara dalam bentuk pajak dan devisa bila produknya di-ekspor.
"Diketahui Apple berinvestasi senilai 1,6 triliun rupiah di Indonesia. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan investasi Apple Vietnam sebesar 256 triliun rupiah. Kita paling hanya jadi perakit saja. Memang betul akan membuka lapangan kerja, tapi hanya labour, buruh murah, bukan teknologi tinggi. Berapa besar kita tergantung hanya karena buruh murah saja. Kita tidak punya industri dasar yang kuat, begitu pula industri teknologi yang tinggi," kata Hardjuno.
Sibuk Berpolitik
Dihubungi terpisah, Peneliti Pusat Riset Pengabdian Masyarakat (PRPM) Institut Shanti Bhuana, Bengkayang, Kalimantan Barat, Siprianus Jewarut, menyoroti para pemimpin yang terus sibuk mengundang investor, tapi tidak ada yang mau datang.
"Investasi yang masuk hanya menjadikan kita sebgai perakit saja. Masa untuk pemilu kita pakai server Alibaba dari Tiongkok. Padahal, database sangat strategis, masa bocor ke pihak luar, makanya kita tertinggal jauh. Lebih gila lagi, mereka tidak perduli negara bangkrut. Tidak sayang dengan negaranya. Masa bodoh dan terkesan berprinsip EGP, emang gue pikirin," katanya.
Pemimpin seperti sudah tidak peduli. Tidak ada satu pun pemimpin yang tidak EGP. Mereka bukannya tidak mengerti, cuma sudah EGP, sudah tidak mau mikirin," kata Siprianus.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya