Pemerintah Belum Berniat Membangun EBT
PLTS LEBIH MURAH I Petugas mengecek panel surya di Kampung Wejim Timur, Raja Ampat, Papua Barat, beberapa waktu lalu. Pemerintah harus mengembangkan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah terpencil karena harga per kWh-nya jauh lebih murah dibanding Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.
"Jangan faktanya diputarbalik seolah-olah biaya EBT lebih mahal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di daerah terpencil itu biayanya sekitar 31 sen dollar AS per kilowatt (Kwh), sedangkan biaya EBT hanya sekitar 15 sen dollar AS per Kwh. Matahari lebih murah, tidak butuh biaya trasportasi karena matahari sudah tersedia," kata Ferdy.
Wacana yang dikembangkan dengan BBM satu harga seolah-olah harganya lebih murah, padahal tidak menghitung subsidi yang dikeluarkan pemerintah. Misalnya untuk mengangkut BBM ke pedalaman Papua menggunakan pesawat, pasti biayanya jauh lebih mahal.
Sekarang, tuturnya, di beberapa wilayah terluar mulai dikembangkan energi surya, namun belum masif. "Di Papua, Papua Barat, dan NTT harus jadi pusat perhatian untuk EBT ini karena rasio elektrifikasinya masih rendah," tegas Ferdy.
Ingin Maju
Rakyat di daerah, tambah Ferdy, juga ingin maju, tapi tanpa listrik yang stabil dan cukup, tidak mungkin mereka bisa mencapai impiannya. Nelayan di Lampung Timur misalnya, mereka suplier udang dan terasi terbesar kedua di Indonesia, tapi pendinginannya masih pakai es balok.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya