Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Transisi Energi I Perjanjian Paris Sulit Terwujud karena 5 Negara Masih Bangun PLTU

Pemerintah Belum Berniat Membangun EBT

Foto : ANTARA/OLHA MULALINDA

PLTS LEBIH MURAH I Petugas mengecek panel surya di Kampung Wejim Timur, Raja Ampat, Papua Barat, beberapa waktu lalu. Pemerintah harus mengembangkan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah terpencil karena harga per kWh-nya jauh lebih murah dibanding Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.

A   A   A   Pengaturan Font

Laporan tersebut menyebutkan ada lima negara yang berpotensi menyebabkan target Perjanjian Paris tidak tercapai. Komitmen negara-negara yang dinyatakan melalui Nationally Determined Contribution (NDC) untuk periode 2020-2030 adalah menjaga kenaikan temperatur global abad ini di bawah 2 derajat Celsius dan untuk mendorong upaya untuk membatasi kenaikan suhu lebih jauh ke 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

Lima negara yang bakal mengancam upaya menghindari pemanasan global itu adalah Jepang, Indonesia, India, Vietnam, dan Tiongkok. Alasannya karena masih merancang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kelima negara tersebut berencana membangun 600 PLTU batu bara baru yang mencakup sekitar 80 persen dari porsi batu bara baru global.

Kapasitas dari seluruh PLTU itu melebihi 300 gigawatt (GW) sehingga mengkhawatirkan, karena tak menghiraukan seruan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, untuk membatalkan PLTU batu bara baru. Kelima negara tercatat mengoperasikan tiga perempat PLTU yang ada di seluruh dunia. Sebanyak 55 persen adalah Tiongkok dan 12 persen adalah India.

Indonesia sendiri masih memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan penggunaan PLTU batu bara dengan kapasitasnya mencapai 45 GW dan 24 GW pembangkit baru sudah direncanakan untuk dibangun.

Menanggapi kondisi tersebut, pengkampanye iklim dan energi dari GreenPeace, Didit Haryo W, mengatakan salah satu kontribusi terbesar polusi udara adalah polusi yang disebabkan oleh pembakaran batu bara sebagai sumber energi, salah satu contoh adalah Jakarta, sebagai Ibu Kota yang sering mendapatkan predikat ibu kota negara dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top