Pemerintah Belum Berniat Membangun EBT
PLTS LEBIH MURAH I Petugas mengecek panel surya di Kampung Wejim Timur, Raja Ampat, Papua Barat, beberapa waktu lalu. Pemerintah harus mengembangkan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah terpencil karena harga per kWh-nya jauh lebih murah dibanding Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.
"Ini terjadi akibat Jakarta dikepung PLTU, dan ke depan semakin parah karena akan mulai beroperasinya PLTU baru yang ada di sekitar Ibu Kota Jakarta (radius 100 km)," tegas Didit.
"Kita tidak ingin daerah lain mengikuti jejak Jakarta yang terkepung polusi. Karena itu, transisi energi dengan menggunakan energi baru terbarukan (EBT) sudah selayaknya segera dilakukan sesuai dengan potensi lokal yang ada. Sejauh ini, pemerintah belum serius beralih ke energi hijau dalam rangka mengurangi emisi karbon," kata Didit.
Daerah 3T
Sementara itu, Peneliti Energi Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, mengatakan pemerintah harus serius melakukan transisi energi terutama di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) dengan energi baru terbarukan (EBT). Sebab, biayanya dinilai lebih efisien dibanding dengan energi fosil. Apalagi sumbernya sangat banyak, seperti hidro dan tenaga surya karena letak Indonesia yang berada di khatulistiwa.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya