Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 18 Nov 2024, 07:08 WIB

Pelatih Asal Belanda Lebih Cocok untuk Timnas

Timnas Indonesia dikalahkan Jepang I Pemain Timnas Indonesia, Nathan Tjoe A On (tengah) bersalaman dengan rekannya Marselino Ferdinan dan Thom Jan Haye (kanan) usai dikalahkan Timnas Jepang dalam pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia.

Foto: ANTARA/Aprillio Akbar

JAKARTA – Seruan Shin Tae-yong dipecat atau mundur lewat tanda pagar (tagar) #STYOut di media sosial muncul usai Indonesia takluk 0-4 dari Jepang. Itu laga kelima putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (15/11).

Kekalahan ini membuat Indonesia berada di dasar klasemen Grup C dengan nilai tiga dari lima pertandingan. Usai laga, tagar #STYOut menggema di media sosial. Tuntutan Shin Tae-yong dipecat atau meng­undurkan diri jika kembali menelan hasil negatif melawan Arab Saudi.

Pengamat sepak bola Yesayas Oktavianus, menyebut pelatih asal Belanda lebih cocok menangani Skuad Garuda saat ini. Mereka bisa Guus Hiddink, Giovanni van Bronckhorst, atau Frank de Boer. Guus Hiddink sudah memutuskan pensiun. Kemudian, Frank Rijkaard tak diketahui kesibukannya saat ini.

Sedangkan Van Bronckhorst baru saja menandatangani kontrak dengan klub papan atas Turki, Besiktas. “Frank de Boer yang masih jobless. Belum ada pekerjaan untuknya. Tahun 2020, dia melatih Belanda di Piala Eropa. Itu berarti pilihan paling tepat ada di Frank de Boer,” ujarnya.

Pelatih timnas Indonesia saat ini memang paling cocok dari Belanda. Hal ini tak lepas dari keberadaan sejumlah pemain diaspora berdarah Belanda di Skuad Garuda. “JIka Shin Tae-yong dipecat atau mundur, penggantinya lebih baik berasal dari Belanda,” usulnya.

Ini karena kerjanya tidak lagi terlalu banyak. Dia tinggal memoles pemain-pemain itu. Komunikasi yang dibangun antara pelatih dan pemain sudah tidak bermasalah. Maka, kalau komunikasi lancar dan kedua pihak saling bisa mengerti, tentu akan tercipta sebuah hasil output yang sa­ngat sempurna dan positif.

Sementara itu, pelajaran mahal didapatkan timnas Indonesia saat kalah telak dari Jepang. Sempat diberi ­ruang untuk mencetak gol, tapi Skuad Garuda gagal memanfaatkannya. Jepang memberikan pelajaran cara bermain efektif dengan empat gol yang dihasilkan lewat bunuh diri Justin Hubner, Takumi Minamino, Hidemasa Morita, dan Yukinari Sugawara.

Di lapangan penampilan timnas Indonesia penuh tanda tanya. Dimulai dari penetapan 23 pemain. Eliano Reijnders yang berpengalaman tak masuk. Sudah dua kali adik kandung, Tijjani Raijnders tak masuk daftar line up. Dua kali pula Indonesia kalah, 1-2 dari Tiong­kok dan 0-4 kontra Jepang.

Pergantian pemain juga tak efektif, bahkan cenderung spekulatif. Debut Kevin Diks hanya berjalan 41 menit lalu digantikan Sandy Walsh. Memaksa Pratama Arhan bermain di posisi Yakob Sayuri. Rafael Struick yang sudah kelelahan justru tak diganti. Banyak hal yang harus dievaluasi dari laga melawan Jepang. Ini terutama soal strategi agar jangan sampai bermain monoton lagi saat melawan Arab Saudi, Selasa (19/11).

Harus Bangkit

Sementara itu, Kapten timnas Indonesia Jay Idzes me­ngatakan timnya harus segera bangkit setelah tumbang dari tangan Jepang. Dia berpartisipasi dalam kebobolan 4-0 karena gagal menyapu bola, tidak kena dan akhirnya gol.

Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (15/11), kekalahan ini yang kedua di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dari lima pertandingan. Ini juga menjadi kekalahan pertama skuad Garuda di SUGBK selama putaran ketiga setelah hasil imbang 0-0 melawan Australia pada September lalu.

“Tentu kami sangat kecewa setelah menghadapi lawan yang begitu kuat. Tapi ini bukan tentang hasil lagi karena harus segera bangkit,” kata Idzes. Jika tanpa melihat skor, Indonesia sejatinya bermain lebih baik melawan Jepang dari pertemuan pertama di Piala Asia 2023 yang berakhir dengan kekalahan 1-3.

Sedangkan Jordi Amat menyayangkan penyelesaian buruk rekan-rekannya di depan gawang lawan. “Melawan Jepang, seharusnya tak boleh menyia-nyiakan peluang besar tersebut,” ujarnya.

Bek Johor Darul Ta’zim tersebut menandaskan, skuad Garuda sempat memberikan perlawanan pada Samurai Biru di awal-awal pertandingan. Namun, setelah itu, Indonesia lengah pada 10 menit ter­akhir sehingga kemasukan dua gol dalam tempo lima menit melalui gol bunuh diri Justin Hubner (35’) dan Takumi Minamino (40’).

Pada babak kedua, ke­salahan passing Maarten Paes dihukum oleh gol Hidemasa Morita (49’). Puncaknya Indonesia semakin tak mampu menandingi Jepang setelah menutup kemenangan melalui kaki pemain Southampton, Yukinari Sugawara (69’). ben/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Benny Mudesta Putra

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.