
Krisis Finansial Melanda Kompetisi Sepak Bola Indonesia
Persija
Foto: istJAKARTA- Saat perhatian tertuju kepada tim nasional yang tengah mempersiapkan diri menghadapi laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, masalah krisis finansial yang berakibat penunggakan gaji pemain kembali mencuat dalam sepak bola Indonesia. Isu yang sudah lama terjadi ini belum juga menemukan solusi konkret dari PSSI maupun operator kompetisi.
“Pada musim 2012, kampanye solidaritas bertajuk #DeritaMuDeritaKuJuga sempat digaungkan untuk menyoroti nasib para pemain yang gajinya belum dibayarkan. Sayangnya, lebih dari satu dekade berlalu, kondisi masih belum berubah,” tulis Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali dalam akun Instagram pribadinya, Selasa (18/3).
Musim ini, temuan dari SOS menunjukkan bahwa total tunggakan gaji pemain klub Liga 2 Indonesia mencapai 8,1 miliar rupiah. Dari 26 klub yang berpartisipasi di kompetisi tersebut, 13 klub tercatat menunggak gaji pemainnya. Hal ini semakin menegaskan bahwa sistem keuangan klub-klub Liga 2 masih jauh dari kata stabil.
Bukan hanya Liga 2 yang bermasalah. Klub-klub Liga 1 pun masih memiliki kasus serupa. “Beberapa tim seperti Persija Jakarta, PSIS Semarang, dan PSM Makassar diketahui masih memiliki kewajiban finansial terhadap pemainnya. Bahkan, beberapa klub seperti Arema FC dan Madura United masih memiliki tunggakan gaji sejak musim 2019 yang belum diselesaikan,” jelas Akmal.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa persyaratan finansial sebagai syarat lisensi klub profesional AFC belum dijalankan secara maksimal. Seharusnya, verifikasi keuangan menjadi syarat utama agar klub tidak sekadar bisa berkompetisi, tetapi juga mampu memenuhi kewajibannya kepada pemain dan staf,” sambungnya.
Akmal menegaskan situasi ini menjadi peringatan keras bagi sepak bola Indonesia. Jika masalah finansial klub terus dibiarkan tanpa solusi konkret, maka dampaknya tidak hanya pada pemain tetapi juga pada kredibilitas kompetisi secara keseluruhan. PSSI serta operator liga harus segera membuat kebijakan tegas untuk memastikan klub-klub yang berlaga memiliki keuangan yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kontrak pemain.
Sebelumnya kelompok suporter Persija Jakarta, The Jakmania berharap permasalahan internal klub yang termasuk tunggakan gaji segera diselesaikan. Ketua Umum The Jakmania, Diky Budi Ramadhan, mengatakan masalah internal ini terkait dengan macetnya hak pembayaran. Jumlahnya bervariasi, ada yang belum mendapatkan upahnya selama 2 hingga 3 bulan.
“Saya meminta untuk segera menyelesaikannya agar tidak terjadi masalah lain atau masalah yang lebih buruk. Dan, mereka, khususnya manajer dan manajemen, bilang bahwa akan segera diselesaikan,” ujar Diky dalam pernyataan resminya.
“Terkait masalah finansial, kalau saya pribadi sih nggak kaget. Sebab, musim ini, Persija cuma empat kali main di Jakarta International Stadium. Itu pun nggak full house,” ucap Diky.
“Persija sekali full house saat melawan Persib Bandung di Stadion Patriot Candrabhaga. Sisanya bisa dihitung sendiri jumlah income Persija dari tiket. Dari merchandise pun nggak terlalu banyak. Makanya, store Persija pindah ke tempat yang lebih kecil. Dari sponsor juga kayaknya seret. Orang kayaknya juga sedikit yang bikin kartu tabungan Jtrust Persija,” jelasnya.
Diky menilai seluruh pendukung Persija sebenarnya bisa berkontribusi untuk membantu tim kebanggaannya. Caranya beragam. Pertama, membeli tiket pertandingan. Kedua, membeli merchandise resmi. Kemudian, men-support semua sponsor-sponsor Persija dengan membeli produknya.
Berita Trending
- 1 Polresta Pontianak siapkan 7 posko pengamanan Idul Fitri
- 2 Pemko Pekanbaru Tetap Pantau Kebutuhan Warga Terdampak Banjir
- 3 Produktivitas RI 10 Persen di Bawah Rata-Rata Negara ASEAN
- 4 RPP Keamanan Pangan Digodok, Bapanas Siap Dukung Prosesnya
- 5 BEI Catat Ada 25 Perusahaan Beraset Besar Antre IPO di Pasar Modal, Apa Saja?