Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 19 Mar 2025, 02:15 WIB

Pemberontak Houthi Kembali Serang Kapal Perang AS

Kapal induk AL Amerika Serikat, USS Harry S Truman, Saat sedang transit di Selat Gibraltar pada 25 November lalu. Pada Selasa (18/3), pemberontak Houthi Yaman mengklaim bahwa mereka telah melancarkan serangan ke-3 terhadap kelompok armada kapal induk AS.

Foto: AFP/US NAVY/Michael Gomez

SANAA – Kelompok pemberontak Houthi Yaman pada Selasa (18/3) mengklaim telah melancarkan serangan ketiga mereka terhadap kapal perang Amerika dalam 48 jam. Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal di Laut Merah setelah dimulainya perang Gaza hingga gencatan senjata pada Januari, dengan alasan solidaritas bagi warga ­Palestina.

Namun pekan lalu mereka mengancam akan memperbarui serangan terhadap pengiriman barang Israel karena blokade bantuan Israel terhadap wilayah Palestina, yang memicu reaksi keras dan pembalasan dari Amerika Serikat (AS).

Kelompok Houthi mengatakan di Telegram bahwa mereka telah menargetkan kelompok armada kapal induk USS Harry S Truman dengan misil dan pesawat nirawak, menjadikan serangan itu sebagai serangan ketiga dalam 48 jam terakhir di Laut Merah utara.

Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan bahwa Houthi terus menyebarkan kebohongan dan disinformasi, seraya menambahkan bahwa kelompok yang didukung Iran tersebut terkenal dengan klaim palsu yang meremehkan hasil serangan AS sambil membesar-besarkan keberhasilan serangan mereka.

Letnan Jenderal Angkatan Udara AS, Alexus Grynkewich, sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa sulit untuk mengkonfirmasi” serangan yang diklaim oleh Houthi, karena serangan pemberontak meleset dari target mereka lebih dari 160 kilometer.

Sementara itu media Houthi mengatakan serangan terbaru AS menghantam wilayah Hodeida dan Al-Salif pada 17 Maret dan ibu kota Sanaa pada 18 Maret setelah puluhan ribu orang berunjuk rasa, meneriakkan “Matilah Amerika, matilah Israel!” di Sanaa.

Protes itu terjadi setelah Washington DC melancarkan kampanye serangan udara baru terhadap Yaman yang dimulai pada 15 Maret, yang bertujuan untuk menekan Houthi agar mengakhiri serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.

Serangan AS pada tanggal 15 Maret menewaskan 53 orang dan melukai 98 orang, menurut Kementerian Kesehatan Yaman yang dipimpin Houthi.

Washington DC telah berjanji untuk terus menyerang Yaman sampai Houthi berhenti menyerang kapal-kapal dagang, dan Presiden AS, Donald Trump, telah memperingatkan bahwa ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok yang didukung Teheran tersebut.

“Setiap tembakan yang dilepaskan oleh Houthi akan dianggap, mulai saat ini, sebagai tembakan yang dilepaskan dari senjata dan pimpinan Iran, dan Iran akan dimintai pertanggungjawaban,” tulis Trump di media sosial.

Menanggapi hal itu, Iran menyebut pernyataan Trump tersebut sebagai pernyataan yang agresif.

Sementara itu dalam sebuah sesi wawancara yang disiarkan Fox News, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa Houthi tidak ada apa-apanya tanpa Iran.

“Tanpa Iran, tidak ada ancaman Houthi sebesar ini,” kata dia. “Mereka menciptakan monster Frankenstein ini, dan kini mereka bisa memilikinya,” ucap Menlu AS itu.

Rute Memutar

Terjadinya serangan Houthi telah berdampak pada rute perdagangan Laut Merah yang biasanya mengangkut sekitar 12 persen lalu lintas pelayaran dunia. Serangan Houthi saat ini telah memaksa banyak perusahaan mengambil rute memutar yang mahal di sekitar Afrika selatan.

Sebuah basis data yang didirikan oleh Acled, sebuah pemantau nirlaba, menunjukkan lebih dari 130 serangan Houthi terhadap kapal perang, kapal komersial, dan target Israel serta target lainnya terjadi sejak 19 Oktober 2023.

Saat ini pemberontak Houthi menguasai sebagian besar wilayah Yaman setelah menggulingkan pemerintah yang diakui internasional dari Sanaa. Mereka telah berperang dengan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah sejak 2015, konflik yang telah memicu krisis kemanusiaan besar.

Pertempuran sebagian besar telah terhenti sejak gencatan senjata yang ditengahi PBB pada tahun 2022, tetapi proses perdamaian telah terhenti sejak Houthi memulai serangan mereka. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.