Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 10 Feb 2025, 02:59 WIB

Korut: Senjata Nuklir Bukan Alat Tawar-menawar

Pemimpin Korut, Kim Jong-un, saat berpidato pada acara dimulainya pembangunan sebuah rumah sakit dekat Pyongyang pada 6 Februari lalu. Kantor berita KCNA pada Sabtu (8/2) menulis bahwa senjata nuklir Korut tidak dimaksudkan untuk negosiasi

Foto: AFP/KCNA VIA KNS

SEOUL – Korea Utara (Korut) mengatakan akhir pekan lalu menegaskan bahwa senjata nuklirnya tidak dimaksudkan untuk negosiasi, tetapi ditujukan untuk penggunaan tempur melawan musuh yang mengancam rakyatnya dan perdamaian dunia. Hal itu disampaikan oleh kantor berita KCNA pada Sabtu (8/2).

Pernyataan itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menjamu Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, di Gedung Putih pada 7 Februari lalu, dimana kedua pemimpin menyatakan komitmen mereka untuk memastikan Korut mengakhiri program senjata nuklirnya.

Kantor berita KCNA tidak menyebutkan pertemuan antara pemimpin AS dan Jepang, tetapi mengutip pernyataan yang dilaporkan oleh pejabat NATO dan Uni Eropa yang menegaskan kembali tuntutan untuk denuklirisasi penuh Korut.

"Kami tegaskan lagi: Senjata nuklir kami bukanlah iklan untuk mendapatkan pengakuan siapa pun, apalagi alat tawar-menawar yang bisa ditukar dengan sejumlah uang," kata KCNA dalam laporannya.

“Angkatan nuklir kita digunakan untuk pertempuran tanpa henti guna segera melenyapkan segala upaya oleh pasukan musuh yang melanggar kedaulatan negara kita dan keselamatan rakyat kita serta mengancam perdamaian dunia,” imbuh kantor berita Korut itu.

Sementara itu pemimpin Korut, Kim Jong-un, mengkritik kerja sama militer trilateral antara AS, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) karena hal itu bisa meningkatkan ketegangan di kawasan dan berjanji akan mengambil tindakan balasan, termasuk pengembangan lebih lanjut kekuatan nuklir.

Ia mengatakan bahwa pengerahan aset strategis nuklir AS, latihan perang, dan kerja sama militer dengan Jepang dan Korsel telah mengundang ketidakseimbangan militer di kawasan itu dan menimbulkan tantangan serius bagi lingkungan keamanan, lapor KCNA pada Minggu (9/2).

“Korut tidak menginginkan ketegangan yang tidak perlu dalam situasi regional tetapi akan mengambil tindakan pencegahan yang berkelanjutan untuk memastikan keseimbangan militer regional,” kata Kim Jong-un saat berkunjung ke kementerian pertahanan pada 8 Februari untuk memperingati hari berdirinya tentara Korut.

“Selama kunjungan tersebut, Kim Jong-un juga menegaskan kembali kebijakan yang tidak tergoyahkan untuk mengembangkan kekuatan nuklir lebih tinggi,” lapor KCNA.

Laporan Zelenskyy

Sementara itu dari Kyiv dilaporkan bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada 7 Februari lalu bahwa pasukan Korut telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk Russia, setelah ada laporan bahwa Moskwa telah menarik mereka karena kerugian besar.

Lebih dari 10.000 tentara dari Korut dikirim ke Russia pada tahun 2024 untuk membantu negara itu melawan serangan mendadak Ukraina ke wilayah perbatasan, menurut intelijen Korsel dan Barat.

Seorang juru bicara militer Ukraina mengatakan kepada AFP pekan lalu bahwa Kyiv tidak mengalami aktivitas atau bentrokan dengan pasukan Korut selama tiga pekan.

“Telah terjadi serangan baru di area operasi Kursk dimana tentara Russia dan tentara Korut telah didatangkan lagi,” kata Presiden Zelenskyy, seraya mengatakan  bahwa sejumlah besar pasukan lawan telah dihancurkan.

“Kita berbicara tentang ratusan tentara Russia dan Korut,” ungkap dia.

Kyiv merebut puluhan pemukiman perbatasan dalam serangan Kursk enam bulan lalu, pertama kalinya tentara asing melintasi wilayah Russia sejak Perang Dunia II.

Pengerahan pasukan Korut, yang tidak pernah dikonfirmasi secara resmi baik oleh Moskwa atau Pyongyang, dimaksudkan untuk memperkuat tentara Russia dan membantu mereka mengusir pasukan Ukraina.

Namun hingga Februari, Ukraina masih menguasai sebagian besar wilayah Russia, sesuatu yang dianggap Zelenskyy sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi apapun dengan Moskwa di masa mendatang. AFP/ST/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.