Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Italia Menyimpan Ratusan Koleksi Etnografis Indonesia, Haruskah Kita Repatriasi?

Foto : The Conversation/Purnawibawa

Manekin Kanolo, bangsawan Nias, di Museum Antropologi dan Etnologi Firenze.

A   A   A   Pengaturan Font

Ketika pemerintah Belanda 'menawarkan' koleksi Museum Nusantara Delft yang ditutup pada 2013, ada 18 ribu koleksi etnografis yang berpotensi dikembalikan. Setelah dikurangi koleksi yang disimpan oleh pemerintah kota Delft (459), sekitar 500 untuk donor dan pemberi pinjaman, dan koleksi pemerintah Belanda (3194), mereka menawarkan sekitar 14.000 koleksi ke pemerintah Indonesia.

Indonesia sempat menyatakan persetujuan melalui Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Marijan pada 2015. Pemerintah bahkan sudah membangun gudang penyimpanan baru di dekat Taman Mini Indonesia Indah.

Namun, posisi Indonesia berubah saat Hilmar Farid menggantikan Kacung pada akhir 2015. Setelah melalui diskusi panjang dan penunjukkan tim repatriasi, Indonesia akhirnya hanya menyetujui pemulangan 1500 objek. Tim berdalih bahwa tidak semua koleksi tersebut signifikan bagi bangsa Indonesia.

Faktanya, benda-benda budaya yang ditolak Indonesia menjadi rebutan dan dibagikan ke beberapa museum di berbagai negara, mulai dari Belanda (9), Austria (1), Swedia (1), Singapura (1), Malaysia (1) dan Korea Selatan (1).

Dalam konteks penelitian saya, Korea Selatan merupakan destinasi paling menarik. Korea Selatan melalui Asia Culture Center (ACC) di Gwangju menerima 7744 objek budaya Indonesia, termasuk 187 objek etnografis Nias. Saat ini, 400 objek dari koleksi tersebut dipajang di pameran permanen bertajuk "A World Unveiled by Monsoon: Port Cities of Southeast Asia."
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top