Dulu Disambut Hangat, Pengungsi Rohingya Kini Dibenci dan Dianggap Jadi Beban Bangladesh
Pengungsi Rohingya mengantre untuk mendapatkan bantuan. Kesulitan-kesulitan ekonomi telah mengikis rasa kedermawanan warga Bangladesh. Rasa iba telah menyusut digantikan dengan retorika xenofobia, kata profesor Ali Riaz.
"Sangat menyakitkan bagi kami digambarkan seperti itu."
Tahun ini, kondisi ekonomi Bangladesh terbebani dengan meningkatnya harga pangan dan pemadaman listrik yang panjang di seluruh negeri yang telah memicu protes disertai kekerasan.
Bangladesh telah menderita akibat banjir terburuk dalam sejarah sejak musim monsoon terakhir. Jutaan orang terpaksa mengungsi dan akses sejumlah desa terputus.
Kesulitan-kesulitan itu telah mengikis sentimen kedermawanan mereka. Dulu, warga Bangladesh berbondong-bondong datang ke kamp dan menawarkan bantuan.
Rasa iba yang ditunjukkan pada 2017 dan tahun-tahun setelahnya telah menyusut. Digantikan dengan retorika xenophobia," kata Ali Riaz, professor ilmu politik di Universitas Illinois yang menulis secara ekstensif tentang krisis Rohingya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya