Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Dulu Disambut Hangat, Pengungsi Rohingya Kini Dibenci dan Dianggap Jadi Beban Bangladesh

Foto : AFP

Pengungsi Rohingya mengantre untuk mendapatkan bantuan. Kesulitan-kesulitan ekonomi telah mengikis rasa kedermawanan warga Bangladesh. Rasa iba telah menyusut digantikan dengan retorika xenofobia, kata profesor Ali Riaz.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Seorang pengungsi Rohingya Noor Kamal mendapat sambutan hangat di Bangladesh ketika ia kabur dari Myanmar karena tentara mengamuk di desanya. Tetapi lima tahun kemudian, sikap permusuhan yang ia hadapi sekarang membuatnya berpikir untuk kembali pulang.

Banyak yang telah berubah sejak ia dan 750 ribu warga kelompok minoritas Muslim yang tak memiliki kewarganegaraan melarikan diri ke negara tetangga Myanmar. Para penyintas kini menjadi subyek penyelidikan PBB terkait genosida.

Dulu, ribuan warga Bangladesh yang marah oleh kekerasan anti-Muslim di perbatasan, berjalan melintasi perbatasan untuk mendistribusikan makanan dan obat-obatan untuk para pendatang yang menderita.

Namun sikap masyarakat Bangladesh kini telah mengeras setelah bertahun-tahun upaya negosiasi untuk memulangkan warga Rohingya tak berbuah hasil. Media dan para politisi kerap menuduh para pengungsi sebagai pecandu narkoba dan melakukan teror.

"Begitu banyak kebencian di antara warga lokal dan media di sini yang membuat saya khawatir sewaktu-waktu bisa memicu kekerasan," kata Kamal kepada AFP dari rumahnya di kamp pengungsian di perbatasan Bangladesh.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top