Pengalihan Pelayaran di Laut Merah Tingkatkan Jutaan Ton Emisi Karbon
Kapal kargo melintas dekat pelabuhan di Laut Merah, Yaman.
Foto: AFPNEW YORK - Pengalihan rute dari kawasan Laut Merah oleh kapal-kapal yang berusaha menghindari serangan pemberontak Houthi, baru-baru ini dilaporkan telah menyebabkan tambahan jutaan ton emisi karbon, mempersulit perusahaan-perusahaan untuk mengurangi polusi di seluruh rantai pasokan mereka.
Dikutip dari The Straits Times, sejak pertengahan Desember 2023, ratusan kapal terpaksa berlayar di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan, jalur memutar yang menambah setidaknya satu minggu perjalanan antara Asia Selatan dan Eropa Utara.
Menurut laporan dari konsultan Inverto, anak perusahaan Boston Consulting Group, peningkatan bahan bakar yang dihabiskan telah menyebabkan tambahan sekitar 13,6 juta ton emisi CO2 selama empat bulan terakhir, setara dengan polusi sekitar sembilan juta mobil pada periode yang sama.
"Emisi ekstra akibat krisis ini akan meningkatkan jejak karbon perusahaan, sehingga sangat sulit untuk mencapai target net-zero mereka," kata Sushank Agarwal, direktur pelaksana perusahaan tersebut.
"Untuk mencapai target ini, perusahaan perlu mengurangi emisi di bagian lain rantai pasokan mereka atau berinvestasi dalam lebih banyak inisiatif penyeimbangan karbon, keduanya bisa memakan banyak biaya."
Organisasi Maritim Internasional yang sedang mengupayakan pungutan karbon global pertama di dunia akan berlaku pada tahun 2027, mengatakan meski signifikan, emisi tambahan tersebut hanyalah sebagian kecil dari emisi yang dikeluarkan ke atmosfer setiap tahunnya oleh industri pelayaran, yang menyumbang 80 persen perdagangan dunia. Sementara itu, suhu bumi terus memanas.
Meningkat 63 Persen
Laporan terpisah dari Xeneta, sebuah perusahaan analisis pengangkutan yang berbasis di Oslo, berfokus secara khusus pada pengiriman peti kemas dan menunjukkan emisi karbon dari Asia ke Mediterania meningkat 63 persen pada kuartal terakhir dibandingkan dengan tiga bulan terakhir tahun 2023.
Indeks Emisi Karbon Tolok Ukur Xeneta dan Kelautan, yang merupakan ukuran emisi karbon per ton kargo yang diangkut di sepanjang 13 jalur perdagangan utama dunia, mencapai level tertinggi pada kuartal pertama sepanjang rekor sejak tahun 2018.
"Kapal-kapal juga berlayar dengan kecepatan lebih tinggi sebagai upaya untuk mengejar waktu karena jarak yang lebih jauh, yang lagi-lagi mengakibatkan lebih banyak karbon yang terbakar," kata Emily Stausboll, analis pasar di Xeneta.
Menurut data dari Clarkson Research Services, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan statistik dan penelitian di bidang pelayaran, kecepatan rata-rata kapal kontainer terbesar di dunia melonjak di atas 16 knot setelah serangan Laut Merah semakin intensif dan pengalihan pelayaran massal dimulai pada pertengahan Desember 2023. Awal bulan itu, mereka melakukan perjalanan dengan kecepatan rata-rata di bawah 15 knot.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 4 Libur Panjang Akhir Bulan, Pemerintah Atur Operasional Angkutan Barang
- 5 Pelibatan UMKM-Koperasi di Program Pemerintah Bantu Wujudkan Ekonomi 8 Persen