BI Ungkap Lima Tantangan Hantui Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Ilustrasi.
Foto: Antara/Rivan Awal LinggaGubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada lima tantangan yang harus menjadi perhatian pemerintah di tahun depan.
1. Perlambatan ekonomi global
BI memperkirakan pengetatan kebijakan moneter di negara maju akan memicu pertumbuhan ekonomi global melemah ke angka 2,6 persen pada tahun depan, dari yang sebelumnya diproyeksikan tumbuh 3 persen pada 2022. Perlambatan itulah yang dinilai Perry akan berdampak pada pelemahan kinerja ekonomi di negara emerging market.
2. Lonjakan inflasi di beberapa negara dunia
Perry menuturkan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan melonjaknya harga energi dan pangan telah memicu inflasi di beberapa negara dunia. Ia menuturkan inflasi Amerika Serikat (AS) yang termasuk negara maju telah mencapai 9,2 persen.
"Ini membuat pertumbuhan ekonomi global menurun dan inflasi tinggi," kata Perry dalam konferensi pers, pada Kamis (20/10).
3. Kenaikan suku bunga yang agresif di negara-negara maju.
Perry memprediksi akan banyak bank-bank sentral di negara maju seperti AS dan Eropa yang berupaya menaikkan suku bunga demi mengendalikan inflasi. Sayangnya, Perry menyebut kenaikan suku bunga itu belum terlalu efektif menekan inflasi. Menurutnya, inflasi yang menimpa negara maju tidak hanya disebabkan oleh permintaan tapi juga dari sisi pasokan.
"Ini lah yang muncul risiko-risiko stagnasi dan inflasi yang tinggi. Bahkan di sejumlah negara termasuk juga probabilitas AS masuk di Resesi itu juga meningkat," imbuhnya.
4. Kenaikan suku bunga The Fed yang meningkatkan indeks dolar AS.
Perry memprediksi mata uang sejumlah negara akan terdepresiasi imbas kenaikan suku bunga The Fed membuat indeks dolar menguat.
"Bahkan kalau dihitung dari tahun lalu penguatan dolar lebih dari 20 persen, hampir mencapai 25 persen, dan ini menyebabkan pelemahan mata uang dunia," ujar Perry.
5. Risiko persepsi investor.
Terakhir, Perry menilai akan ada kecenderungan penarikan dana para investor dari investasi domestik di tengah kondisi yang serba tidak pasti saat ini.
"Khususnya investasi portofolio dan menumpuknya di dalam tunai atau yang sering disebut cash is the king," Ujar Perry.
Berita Trending
- 1 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 4 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 5 Natal Membangun Persaudaraan